Jakarta, CNN Indonesia -- PT Aneka Tambang Tbk, PT Bukit Asam Tbk, dan PT Timah Tbk resmi mengantongi restu seluruh pemegang sahamnya terkait pengalihan saham milik pemerintah ke PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) selaku induk usaha (holding) BUMN tambang. Kendati begitu, kebijakan rasio dividen perusahaan tambang itu akan dijaga di kisaran 35 persen-40 persen.
"Kebijakan dividen ke depan, kami akan tetap pertahankan 35 persen -40 persen," ujar Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin di Jakarta, Selasa (29/11).
Kebijakan dividen tersebut, menurut dia, seiring dengan kebutuhan ekspansi dari ketiga perusahaan tambang dan holding BUMN tambang, serta menjaga
appetite (selera) pemegang saham.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Walaupun Inalum ada bisnis sendiri, yaitu sekitar seperempat atau seperlima (holding), tentu lebih banyak
income (pendapatan) dari
expenses (pengeluaran),” jelas dia.
Budi menjelaskan, dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar ketiganya bersamaan pada hari ini, telah dikantongi persetujuan dari pemegang saham terkait pengalihan saham milik pemerintah ke Inalum.
"Dengan demikian, Inalum akan mengkonsolidasi empat perusahaan, sehingga aset kami (Inalum) berdasarkan tahun 2016 meningkat dari Rp21 triliun menjadi Rp 88 triliun," tutur Budi.
Ia menegaskan, holding BUMN akan mendorong efisiensi dalam biaya investasi maupun operasional dan memberikan kemudahan dalam ekspansi bisnis ketiganya.
Selain memiliki aset Rp88 triliun, holding BUMN tambang diperkirakan juga akan memiliki modal sekitar Rp 64 trilun. Dengan modal tersebut, holding BUMN tambang diperkirakan dapat melakukan leveraging atau mengajukan pinjaman hingga Rp192 triliun.
Kondisi keuangan tersebut diperkirakan bakal mumpuni guna mengambil alih sisa saham yang akan didivestasi PT Freeport Indonesia yang menjadi salah satu tujuan holding tersebut dibentuk.
(bir)