
Analisis
Mengukur Kemampuan Keuangan KAI Sokong Dana LRT Jabodebek
Safyra Primadhyta, CNN Indonesia | Jumat, 24/11/2017 18:10 WIB

Namun, lewat surat bernomor S-665/MBU/11/2017, Menteri BUMN Rini Soemarno malah mengusulkan agar operator kereta api pelat merah itu tak lagi menjadi penyelenggara pendanaan pembangunan LRT Jabodebek.
Rini melalui surat yang dilayangkan ke Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi tertanggal 20 November 2017 itu menyarankan KAI hanya menjadi penyelenggaran dan pengoperasi sarana LRT, karena kekhawatiran membengkaknya anggaran proyek dari Rp26,7 triliun menjadi Rp31,8 triliun.
![]() |
Deputi Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei, dan Konsultan Kementerian BUMN Gatot Trihargo mengatakan, usulan sang menteri yang mengusulkan KAI tak lagi jadi investor, operator, dan pemegang konsesi proyek karena kenaikan nilai proyek LRT berpotensi mengganggu neraca keuangan perseroan.
Diberitakan sebelumnya, pembiayaan proyek LRT sebagian besar bakal dibiayai lebih dulu oleh pinjaman perbankan. Dari anggaran proyek sebesar Rp26,7 triliun, selaku kontraktor proyek, KAI dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk akan menanggung anggaran sebesar Rp 9 triliun.
Sementara, sisanya Rp17,6 triliun berasal dari sindikasi perbankan kepada penyelenggara proyek, dalam hal ini KAI. Nah, jika anggaran bengkak, maka porsi pinjaman akan ikut membengkak. Konsekuensinya, sebagai penyelenggara proyek, KAI akan menanggung tambahan utang.
Sementara, ekuitas perusahaan cuma tercatat sebesar Rp9,7 triliun atau naik 6,9 persen secara tahunan. Ekuitas tersebut didominasi oleh modal saham sebesar Rp5,3 triliun, naik Rp2 triliun secara tahunan. Selain itu, total ekuitas juga ditopang oleh saldo laba perusahaan yang tercatat Rp3,05 triliun.
Dengan kondisi demikian, rasio utang terhadap modal perseroan (DER) hingga akhir tahun lalu akan mencapai 1,59 kali. Rasio itu akan semakin membengkak setelah perseroan menarik pinjaman demi pembangunan LRT.
Dengan asumsi modal bertambah Rp7,6 triliun, tambahan pinjaman untuk LRT sebesar Rp17,6 triliun akan membuat DER perusahaan menjadi 1,9 kali.
Apabila anggaran proyek membengkak menjadi Rp31,8 triliun dan penambahan anggaran dibiayai oleh pinjaman, maka DER perusahaan menjadi 2,2 kali.
Adapun, ekuitas Adhi Karya tercatat Rp5,4 triliun hingga akhir tahun lalu dengan total utang mencapai Rp14,65 triliun. Artinya, DER perseroan sudah mencapai 2,71 kali. Jika perseroan mendapatkan tambahan utang lagi dari proyek LRT, maka DER perseroan bisa semakin membengkak dan neraca perseroan semakin terbebani.
Tahun lalu, perusahaan konstruksi pelat merah tersebut mencetak laba bersih sebesar Rp315,12 miliar atau melorot 32,23 persen dari periode tahun sebelumnya, yaitu Rp465,02 miliar.
Lihat juga:KAI Hitung Ulang Belanja Modal LRT Jabodebek |
Jangan sampai, penambahan beban pada neraca kedua perseroan mengganggu terlaksananya proyek lain yang pada akhirnya mengganggu pelayanan kepada masyarakat. (bir)
ARTIKEL TERKAIT

Anggaran KA Perintis Tahun Ini Disunat jadi Rp79,9 Miliar
Ekonomi 3 bulan yang lalu
Tahun Lalu, KAI Angkut 389 Juta Penumpang
Ekonomi 3 bulan yang lalu
Pemerintah Teken Kontrak Perawatan Kereta Api Rp1,3 Triliun
Ekonomi 3 bulan yang lalu
Usul Menteri Rini Mentah, Investasi LRT jadi Rp29,9 Triliun
Ekonomi 4 bulan yang lalu
KA Bandara Dipastikan Beroperasi Normal Januari 2018
Ekonomi 4 bulan yang lalu
Jokowi Gerah dengan Gurita Bisnis Perusahaan BUMN
Ekonomi 6 bulan yang lalu
BACA JUGA

Data Kemiskinan Laris Manis di Tahun Politik
Nasional • 21 April 2018 22:56
Damai Sebelum Badai di MotoGP Amerika Serikat
Olahraga • 21 April 2018 10:12
Pertaruhan Elektabilitas dan Polemik Perpres TKA Jokowi
Nasional • 21 April 2018 08:16
Bocor Data Facebook, Strategi Donald Trump, dan Pilpres 2019
Nasional • 19 April 2018 13:11
BERITA TERBARU

BTN Beberkan Modus Deposito Fiktif di Depan DPR
Ekonomi • 17 menit yang lalu
Gaji dan Tunjangan Bos BCA Capai Rp353,81 Miliar
Ekonomi • 45 menit yang lalu
IHSG Awali Pekan di Zona Merah
Ekonomi • 1 jam yang lalu
Usai Lebaran, FIF Bakal Terbitkan Global Bond
Ekonomi • 1 jam yang lalu