Jelang Holding BUMN, Tiga Saham Emiten Tambang Melemah

Dinda Audriene Mutmainah | CNN Indonesia
Selasa, 28 Nov 2017 19:01 WIB
Saham Antam terkoreksi 0,76 persen ke level Rp650 per saham. Sementara, saham Bukit Asam dan Timah turun masing-masing 0,46 persen dan 0,6 persen.
Saham Antam terkoreksi 0,76 persen ke level Rp650 per saham. Sementara, saham Bukit Asam dan Timah turun masing-masing 0,46 persen dan 0,6 persen. (CNN Indonesia/ Hesti Rika).
Jakarta, CNN Indonesia -- Tiga saham emiten tambang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kompak melemah pada sore ini, Selasa (28/11), usai Menteri BUMN Rini Soemarno menandatangani pengalihan saham emiten tambang dibawah payung PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) alias Inalum.

Ketiga saham tambang tersebut, yakni PT Aneka Tambang (Persero) Tbk atau ANTM, PT Bukit Asam (Persero) Tbk atau PTBA, dan PT Timah (Persero) Tbk (TINS). Saham Antam terkoreksi 0,76 persen ke level Rp650 per saham, Bukit Asam melemah 0,46 persen jadi Rp10.850 per saham, dan Timah turun 0,6 persen ke level Rp835 per saham.

Setelah penandatanganan yang dilakukan Rini Soemarno tersebut, maka holding BUMN tambang yang sudah lama direncanakan resmi terbentuk. Dalam hal ini, Inalum menjadi induk dari holding tambang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski melemah, Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan mengatakan, pelemahan yang terjadi pada ketiga saham tersebut bukan disebabkan oleh pembentukan holding tambang.

"Ini lebih kepada pelemahan harga komoditas, pelemahan nikel, batu bara, dan timah," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Selasa (28/11).

Sejauh ini, lanjut dia, pelaku pasar merespons positif pembentukan holding pertambangan, meskipun status persero bagi masing-masing emiten akan hilang. Pasalnya, pembentukan holding tambang akan mendorong efisiensi biaya dari emiten.

"Jadi, kebanyakan manfaatnya daripada buruknya," tutur Alfred.

Ia mencontohkan, tiga emiten tersebut nantinya bisa membeli satu alat untuk melakukan eksplorasi dan digunakan secara bergantian. Dengan demikian, biaya operasional masing-masing emiten berpotensi berkurang.

"Eksplorasi kan tidak setiap hari, mungkin ada yang masih sewa. Jadi, mereka bisa beli dan dipakai bersama. Itu contoh teknisnya," jelasnya.

Sementara itu, dengan perubahan status menjadi anak BUMN, maka lebih memudahkan emiten untuk melakukan aksi korporasi atau ekspansi karena tak perlu lagi berhubungan dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

"Jadi, mereka semakin terisolasi dengan kepentingan politik dan birokrasi. Nanti mereka langsung berhubungan dengan Inalum," papar Alfred.

Ia juga optimistis, harga saham tiga emiten tambang ini tidak akan terkena pengaruh oleh pembentukan holding saat RUPS dilaksanakan esok hari. Menurutnya, pelaku pasar lebih fokus pada pernyataan Inalum sebagai induk holding terkait rencana ke depan.

"Yang ditunggu, roadmap-nya Inalum bagaimana ini kan ada tiga emiten di bawahnya,” pungkasnya. (bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER