Bank Kompensasi Penurunan Komisi dari Kenaikan Transaksi

Yuli Yanna Fauzie | CNN Indonesia
Kamis, 07 Des 2017 06:44 WIB
Kebijakan Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) diakui bank akan menggerus komisi bank atas transaksi penggunaan mesin EDC dari semula 2-3 persen menjadi 1 persen.
Kebijakan Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) diakui bank akan menggerus komisi bank atas transaksi penggunaan mesin EDC dari semula 2-3 persen menjadi 1 persen. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perbankan mengaku, kebijakan Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) akan menggerus komisi bank atas transaksi penggunaan mesin Electronic Data Capture (EDC) dari sekitar 2-3 persen menjadi 1 persen. Untuk itu, perbankan bakal mendorong kenaikan transaksi guna mengkompensasi penurunan komisi tersebut.

Ketua Himpunan Bank-Bank Milik Negara (Himbara) Maryono menjelaskan, kendati ada penurunan komisi atas mesin EDC, GPN diperkirakan akan mendorong peningkatan jumlah transaksi pada mesin ATM dan EDC. Potensi peningkatan transaksi tersebut mengompensasi penurunan pendapatan komisi tersebut.

Dengan demikian, menurut Maryono, pendapatan transaksi bank secara keseluruhan diharapkan dapat tetap meningkat. Sayangnya, Ia belum bisa memperkirakan seberapa besar dampak GPN terhadap pendapatan transaksi bank.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Proyeksi penurunan pendapatan belum bisa kami hitung karena belum tahu peningkatan transaksi. Tapi meski profit awal turun, itu tidak masalah karena nanti dapatkan transaksi yang lebih besar," ujar Maryono di kawasan Kuningan, Rabu (6/12).

Menurut Maryono, transaksi yang semakin mudah dan biaya yang lebih murah dengan GPN akan mendorong lebih banyak minat masyarakat bertransaksi nontunai. Peningkatan transaksi pun diharapkan bakal mendongkrak dana murah perbankan.

"Ini memberi rangsangan kepada masyarakat untuk menabung di bank Himbara. Dengan menabung di Himbara, kami bisa mendapatkan cost of fund yang lebih murah. Jadi secara nett, mungkin tidak turun, malah bisa naik," jelasnya.

Di sisi lain, pemerintah juga tengah menggencarkan transaksi nontunai melalui program subsidi dan bantuan sosial (bansos). Hal ini dilihat Maryono berpotensi menambah jumlah nasabah dan transaksi yang nantinya akan dilakukan.

Senada, Ketua Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) sekaligus Direktur Bisnis Konsumer PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI Anggoro Eko Cahyo mengatakan, peningkatan transaksi tentu sangat berpengaruh pada pertumbuhan dana murah perbankan.

"Kalau proyeksi secara spesifik angka baru bisa diprediksi setelah berjalan. Tapi di tabungan itu, misal sebelumnya hanya digunakan untuk menabung, isi rekeningnya Rp1 juta, nanti yang aktif transaksi bisa isi rekeningnya jadi Rp3-4 juta untuk transaksi," kata Anggoro.

Dampak lebih luasnya lagi, peningkatan transaksi akan membuat pertumbuhan kredit ritel meningkat, sehingga memberi kompensasi pada pendapatan bank secara keseluruhan. Hanya saja, semua itu dilihat Anggoro kembali lagi pada segmen dan profil nasabah yang dimiliki tiap bank.

"Jadi untuk dana masyarakatnya tentu akan meningkat tapi setiap bank berbeda-beda karena profil dan segmen nasabahnya, ada yang ibu rumah tangga, Pegawai Negeri Sipil (PNS), itu menyesuaikan lagi," pungkasnya. (agi/agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER