Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan kalangan industri pembiayaan
(multifinance) kompak membidik target pertumbuhan sektor ini di kisaran 10 persen pada tahun depan. Hal ini lantaran adanya sentimen positif dari pembangunan infrastruktur yang tengah digenjot pemerintah ke pembiayaan barang modal berupa alat berat.
Kepala Departemen Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB) 2B Bambang W. Budiawan mengatakan, pembangunan infrastruktur membuat permintaan pembiayaan ke sektor alat berat meningkat pada tahun depan.
Selain itu, ada pula sentimen dari pemulihan harga komoditas minyak dan gas (migas) serta tambang, sehingga membuat kebutuhan alat berat kian bertambah. Perbaikan harga komoditas terlihat mulai meningkat sejak akhir 2016 lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau kami, berharap bisa
double digit (pertumbuhan industri) tahun depan. Tahun ini di angka 8,4-8,5 persen," ujar Bambang di Jakarta, Kamis (14/12).
Senada, Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengatakan, topangan dari pembiayaan alat berat juga berasal dari perluasan pembiayaan multifinance ke segmen ini. Saat ini, diakui Suwandi, beberapa pemain mulai meningkatkan penetrasinya ke pembiayaan alat berat.
"Jadi untuk modal usaha ini sudah bergulir. Makanya, ketika perusahaan pembiayaan sudah bisa memberikan pembiayaan ke modal kerja, itu pertumbuhannya langsung cukup baik sejak 2016," kata Suwandi pada kesempatan yang sama.
Namun, ia memperkirakan, rentang pertumbuhan multifinance tahun depan belum melompat jauh dari tahun ini yang sebesar 8-9 persen. Ia pun memperkirakan pertumbuhannya di kisaran 9-10 persen.
Khusus untuk segmen kendaraan roda dua dan roda empat, menurut dia, pertumbuhannya akan mengekor kenaikan pembiayaan pada segmen alat berat. Sayang, ia belum bisa memberi proyeksi lebih rinci mengenai pertumbuhan kedua sektor itu.
Sementara itu, PT Mandiri Tunas Finance (MTF) memperkirakan, pertumbuhan pembiayaan perusahaan bisa lebih tinggi dari proyeksi industri pada tahun depan. Sebab, ada sinergi penyaluran pembiayaan ke alat berat korporasi.
"Tahun depan kami ingin naik sekitar 15-20 persen dari penjualan tahun ini. Saat ini penyaluran sekitar Rp21 triliun. Tahun depan minimum Rp24 triliun," terang Presiden Direktur MTF Ignatius Susatyo Wijoyo.
Ignatius menjelaskan, sinergi dengan perusahaan induk, PT Bank Mandiri Tbk turut mendongkrak pembiayaan MTF ke korporasi, khususnya dalam memenuhi pembiayaan alat berat. Apalagi, kredit korporasi Bank Mandiri banyak mengalir untuk memenuhi proyek infrastruktur.
"Kami mencoba lebih banyak masuk ke
bankable customer, itu dari nasabahnya Bank Mandiri," katanya.
Sementara per November 2017, penyaluran pembiayaan MTF telah mencapai Rp19,8 triliun secara tahunan
(year on year/yoy). Bersamaan dengan itu, MTF optimis target penyaluran pembiayaan Rp21 triliun dapat tercapai dalam satu bulan terakhir sebelum tutup tahun.
(agi/agi)