Gunung Agung Erupsi, OJK Belum Waspadai Kredit Bermasalah

Yuli Yanna Fauzie | CNN Indonesia
Selasa, 05 Des 2017 11:48 WIB
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengaku belum meminta pihak perbankan di Provinsi Bali untuk berancang-ancang melakukan restrukturisasi kredit yang bermasalah.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengaku belum meminta pihak perbankan di Provinsi Bali untuk berancang-ancang melakukan restrukturisasi kredit yang bermasalah. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengaku belum meminta pihak perbankan di Provinsi Bali untuk berancang-ancang melakukan restrukturisasi kredit yang bermasalah. Meski, aktivitas Gunung Agung di Kabupaten Karangasem telah berlangsung dalam tiga bulan terakhir.

Deputi Komisioner Manajemen Strategis dan Logistik OJK Anto Prabowo mengatakan, hal ini lantaran lembaganya juga belum menerima laporan indikasi kredit bermasalah dari perbankan setempat.

"Rasanya belum ada indikasi, tapi kami lihat. Kami belum ada permintaan agar perbankan melakukan itu (restrukturisasi). Sejauh ini masih terus kami pantau saja," ujar Anto, Selasa (5/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Sayangnya, pihak OJK belum ingin memberi gambaran kondisi kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) perbankan di Bali dalam beberapa bulan terakhir ini.

Namun, Anto menyatakan, sebagai lembaga pengawas jasa keuangan, tentu OJK telah memetakan mitigasi apa yang harus dilakukan perbankan untuk mengantisipasi risiko kredit bermasalah.

Selain itu, OJK pusat juga terus berkoordinasi dengan OJK di Bali dalam memantau kondisi NPL perbankan di sana.

"Sebenarnya OJK itu selalu menyikapi kalau ada daerah bencana itu kami buat pertimbangan tertentu, termasuk di kantor cabang juga siapkan mitigasi," jelasnya.


Kendati belum mengindikasi kredit bermasalah, namun bayang-bayang peningkatan NPL sebenarnya bisa saja terjadi. Sebab, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Bali Causa Iman mencatat, ada potensi kehilangan pendapatan masyarakat sekitar Rp2,47 triliun karena aktivitas Gunung Agung.

"Bencana Gunung Agung berpengaruh terhadap ekonomi Indonesia. Ada potensi kehilangan 1,2 juta wisatawan sepanjang kuartal IV 2017 dengan potensi pendapatan yang hilang mencapai Rp2,47 triliun," kata Iman beberapa waktu lalu.

Hal ini lantaran terjadi penurunan pada sektor pariwisata yang menjadi sektor utama penopang pertumbuhan pendapatan dan ekonomi setempat. Bahkan lebih jauh, dampaknya diperkirakan bisa menyusutkan pertumbuhan ekonomi Bali dari yang sebelumnya berada di angka 6 persen menjadi sekitar 3,8 persen hingga 4,2 persen secara tahunan. (gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER