Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah perusahaan pembiayaan
(multifinance) mengaku ingin mulai memperkuat suntikan modal dari non induk tahun pada depan guna mengejar target pembiayaan yang diharapkan tumbuh dua angka
(double digit).PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk atau Adira Finance, misalnya. Perusahaan memasang target pertumbuhan pembiayaan di kisaran 5-10 persen dari proyeksi akhir tahun ini sebesar Rp32 triliun. Artinya, pembiayaan tahun depan sekitar Rp33,6-35,2 triliun.
Untuk mengejar target pembiayaan itu, Direktur Utama Adira Finance Hafid Hadeli mengatakan, sekitar 60 persen modal yang dibutuhkan akan diincar dari penerbitan surat utang (obligasi) dan sindikasi perbankan di luar induk. Sedangkan sisanya, sebesar 60 persen dari induknya, PT Bank Danamon Indonesia Tbk.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Obligasi kami akan maksimalkan karena obligasi itu suku bunganya cukup murah buat kami. Jadi akan kami maksimalkan," ucap Hafid, akhir pekan kemarin.
Kendati belum menyebut target pasti dari obligasi dan sindikasi bank di luar induk, Hafid bilang, perusahaan berharap jumlah serapannya bisa lebih besar dari tahun ini.
Ia mencatat, obligasi terakhir yang berhasil didapat pada November kemarin sebesar Rp1,5 triliun. Adapun suntikan itu langsung digunakan untuk kebutuhan modal bulanan sekitar Rp2,8 triliun per bulannya.
Sementara, suntikan dari sindikasi perbankan di luar induk sepanjang tahun ini sebesar US$250 juta atau sekitar Rp3,3 triliun (berdasarkan kurs rupiah Rp13.500 per dolar AS).
"Tahun ini kami dapat US$250 juta, tahun depan tergantung pasar. Kalau pasar bunganya bagus, mungkin kami akan masuk ke pinjaman luar negeri," katanya.
Pemain lain adalah PT Mandiri Tunas Finance (MTF). Anak usaha dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk ini mengatakan, pembiayaan pada tahun depan ditargetkan naik 15-20 persen dari proyeksi tahun ini sebesar Rp21 triliun atau setidaknya minimal bisa menembus angka Rp24 triliun.
Direktur Utama MTF Ignatius Susatyo Wijoyo mengatakan, sekitar 65 persen kebutuhan modal untuk menyalurkan pembiayaan akan ditutup dari suntikan induk. Sedangkan sisanya, sekitar 35 persen dari obligasi dan sindikasi perbankan.
Kendati masih bergantung pada induk, namun Ignatius bilang, perusahaan secara perlahan berusaha memperbesar suntikan modal dari non induk.
Ia mengaku, sekitar 10-15 persen dari 35 persen akan didapat dari pinjaman luar negeri (
offshore loan). Sisanya, 20-25 persen dari pinjaman bank dalam negeri di luar induk.
"Dari 10-15 persen itu sudah 50 persen (pertumbuhannya). Setidaknya sudah 5 persen dari total permodalan keseluruhan, sekitar Rp2 triliun. Tahun depan mungkin Rp3 triliun," jelasnya.
Ignatius merinci, offshore loan tahun depan akan berasal dari obligasi sekitar Rp500 miliar sampai Rp1 triliun dan sindikasi perbankan di kawasan Asia sekitar US$100-150 juta atau sekitar Rp1,3-2,0 triliun.
"Nanti (sindikasi bank luar negeri) dari Asia market, bisa Jepang, Taiwan, Singapura, Hong Kong, dan lainnya," imbuhnya.
Menurutnya, porsi sumber modal dari obligasi dan pinjaman bank luar negeri diperbesar guna mengejar
cost of fund yang lebih rendah. Selain itu, MTF juga memperhitungkan batas pinjaman dari bank dalam negeri.
(gir)