Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan pembiayaan (multifinance) mulai memetakan strategi untuk mengejar target dan menjaga kualitas pembiayaan, dengan memanfaatkan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih baik pada tahun depan.
PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk atau Adira Finance mengungkapkan, bakal memanfaatkan digitalisasi berupa situs jual beli mobil bekas bernama momobil.id yang diluncurkan tahun ini untuk mendongkrak pembiayaan tahun depan.
Direktur Utama Adira Finance Hafid Hadeli menyebut, total pembiayaan telah mencapai Rp29,5 triliun pada November 2017. Dari jumlah itu, sekitar 18 persen disumbang oleh pembiayaan ke segmen mobil bekas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara untuk tahun depan, pembiayaan ke segmen mobil bekas diharapkan bisa meningkat guna mengejar target pembiayaan yang naik 5-10 persen dari bidikan tahun ini sebesar Rp32 triliun, yaitu menjadi Rp33,6-35,2 triliun.
"Yang bekas, harapannya (bisa naik) dari aplikasi momobil.id ini. Harapannya bisa 20 persen (kontribusinya)," ujar Hafid, akhir pekan lalu.
Hitung-hitungan kasar, sampai akhir tahun pembiayaan perusahaan untuk mobil bekas ditafsir bisa mencapai Rp5,76 triliun. Sedangkan tahun depan, diharapkan bisa mencapai Rp6,72-7,04 triliun.
Untuk segmen lain, Hafid merinci, saat ini sumbangan segmen mobil baru sebesar 24 persen dari total pembiayaan. Diikuti segmen motor baru 36 persen, motor bekas 20 persen, dan sisanya 2 persen dari barang elektronik.
Hafid bilang, untuk segmen lain, perusahaan berharap pada kondisi ekonomi yang lebih baik, khususnya pada pendapatan masyarakat yang membaik, sehingga diharapakan bisa memicu daya beli ke kendaraan.
Selain itu, Adira juga berharap ada sentimen positif dari penyelenggaraan Pemlihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak dan Pemilihan Umum (Pemilu) pada tahun berikutnya.
"Kalau mau Pemilu kan lebih banyak uang beredar. Kalau ada itu kan daya beli, daya bayar meningkat," katanya.
Untuk menjaga kualitas pembiayaan, Hafid bilang, perusahaan akan lebih selektif memilih kreditur. "Waktu approval (persetujuan pembiayaan) itu harus hati-hati, tidak sembarangan. Waktu persetujuan, kami pilih customer yang bagus," jelasnya.
Ia mencatat, saat ini rasio pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF) gross perusahaan sebesar 1,9 persen pada November 2017. Untuk akhir tahun ini diharapkan bisa mencapai 2 persen dan terjaga hingga tahun depan di kisaran itu.
 Ilustrasi kredit mobil. (CNN Indonesia/Safir Makki) |
Kerja Sama dengan IndukSenada, PT Mandiri Tunas Finance (MTF) meyakini, kondisi ekonomi yang lebih baik akan menopang pembiayaan tahun depan. Namun, perusahaan tetap menyiapkan strategi untuk mengejar target pembiayaan, yaitu menggaet nasabah dari induk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Direktur Utama MTF Ignatius Susatyo Wijoyo bilang, segmen pembiayaan itu membidik kreditur korporasi, khususnya untuk pembiayaan alat berat perusahaan.
"Ini pembelian partai besar, untuk segmen pengusaha menengah ke atas, korporasi. Kami kerja sama dengan Bank Mandiri untuk nasabah korporasinya banyak kebutuhan pembiayaan juga," ucapnya.
Ia mengestimasi, kontribusi dari kerja sama dengan induk ini bisa menyumbang sekitar 11-12 persen pada total pembiayaan. Bahkan, diperkirakan jumlahnya bisa terus tumbuh pada tahun depan.
Selain mengekor induk, Ignatius mengatakan, strategi lain yang juga disiapkan adalah mengoptimalkan kinerja kantor cabang di luar Pulau Jawa. Sebab, perusahaan melihat, ada potensi yang besar dari luar Jawa karena persaingannya tidak begitu ketat dengan multifinance lain.
"Pesaing terdekat tidak punya cabang (di luar kota) sebanyak MTF. Cabang mereka kebanyakan di Jawa. Kan ini lihat peluang," imbuhnya.
Khususnya untuk luar Pulau Jawa, ia bilang, perusahaan akan membuka dua kantor cabang baru di dua kota di Pulau Sumatera. Namun, perusahaan turut menambah satu kantor cabang di Jawa Tengah untuk memperkuat bisnis di kawasan itu.
Target pembiayaan tahun depan diharapkan tumbuh sekitar 15-20 persen dari proyeksi tahun ini sebesar Rp21 triliun atau minimal tahun depan mencapai Rp24 triliun. Sayang, ia belum menyebut berapa porsi pembiayaan dari kreditur yang merupakan nasabah
Kemudian, untuk menjaga kualitas pembiayaan, perusahaan mengaku belakangan ini telah menerapkan pengaturan ulang untuk rasio uang muka (
down payment/DP) dan bunga yang diberikan ke kreditur.
"Kami ambil bunga jual lebih rendah dengan DP lebih besar. Kami punya produk yang bunganya flat 2,5 persen untuk setahun bagi mobil penumpang. DP-nya 60 persen," terangnya.
Walhasil, NPF per November 2017 berada di angka 0,72 persen atau membaik secara tahunan dari November 2016 sebesar 1,4 persen. Ia bilang, strategi ini pula yang akan diteruskan perusahaan untuk menjaga kualitas pembiayaan pada tahun depan.
(gir)