Jakarta, CNN Indonesia -- PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) menargetkan dapat memperoleh keuntungan pada tahun depan didukung oleh berbagai pendapatan tambahan, salah satunya bisnis kargo yang diprediksi dapat tumbuh 15 persen.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Pahala N Mansury menjelaskan, keuntungan ini juga bisa didorong oleh laba yang diperoleh oleh beberapa anak usahanya, misalnya saja PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMFI).
"Angka belum bisa disebut, tapi yang pasti di airlines nya bisa break even. Di luar itu masih ada perusahaan anak yang membukukan laba," papar Pahala, Senin (18/12).
Dengan kata lain, dari sisi bisnis penerbangannya sendiri Garuda Indonesia optimis akan mencatatkan break event point (BEP). Artinya, perusahaan tidak mendapatkan untung maupun rugi atau impas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pahala menambahkan, pendapatan Garuda Indonesia secara konsolidasian bisa tumbuh 11 persen hingga 12 persen sepanjang tahun depan.
Kemudian, manajemen juga berharap kondisi Gunung Agung di Bali bisa semakin membaik agar peringatan
travel warning (peringatan perjalanan) dari beberapa negara bisa dicabut, khususnya China.
"
Travel warning beberapa negara kami pahami akan
expired (habis tenggat waktu), jadi pertengahan Januari sudah lebih baik," tutur Pahala.
Sementara itu, hingga akhir tahun ini perusahaan memproyeksi meraup pendapatan sebesar US$3,2 miliar. Lebih lanjut, jumlah penumpang ditargetkan mencapai 35 juta hingga 36 juta penumpang.
"Lalu tahun 2018 jumlah penumpanh bisa mencapai 37 juta sampai 38 juta penumpang," pungkas Pahala.
Seperti diketahui, perusahaan masih membukukan rugi bersih hingga kuartal III 2017 sebesar US$222,03 juta atau naik dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$44 juta. Padahal, pendapatan perusahaan berhasil tumbuh menjadi US$2,52 miliar dari sebelumnya US$2,44 miliar.
(lav)