Natal dan Sejumput Asa Pengusaha Kecil di Bali

Agustiyanti | CNN Indonesia
Senin, 25 Des 2017 13:38 WIB
Natal dan tahun baru menjadi harapan bagi sejumlah pengusaha kecil di Bali untuk memperoleh keuntungan di tengah lesunya pariwisata akibat erupsi Gunung Agung.
Natal dan tahun baru menjadi harapan bagi sejumlah pengusaha kecil di Bali untuk memperoleh keuntungan di tengah lesunya pariwisata akibat erupsi Gunung Agung. A(Anadolu Agency/Mahendra Moonstar)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kadek Astuti (40) akhirnya memutuskan untuk membuka kembali tokonya yang terletak di sekitar Jalan Legian, Bali. Ia sempat menutup tokonya sekitar dua minggu, akibat sepinya pengunjung usai erupsi Gunung Agung dengan intensitas tinggi yang membuat Bandara Ngurah Rai sempat tutup.

Sebelum benar-benar membuka toko, Kadek memulai ritualnya terlebih dahulu. Ia menciratkan air ke sejumlah toko, sambil memanjatkan doa, berharap tokonya kali ini mendapat penglaris. Momentum natal dan tahun baru menjadi harapannya untuk menjumput rezeki

"Saya baru buka toko, kemarin ditutup lama. Sepi juga pengunjungnya, dan kebetulan juga ada acara," ungkap Kadek saat berbincang dengan CNNIndonesia.com di Badung, Bali, Sabtu (23/12).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kadek mengaku menaruh harapan pada momenum Natal dan Tahun Baru yang biasanya membuat Bali berjubel pengunjung. Pasalnya, sejak erupsi Gunung Agung terjadi pada bulan lalu, Bali mendadak sepi pengunjung. Terlebih, setelah Bandara Ngurah Rai sempat ditutup dan adanya status tanggap darurat.

"Kemarin-kemarin sepi sekali, pembeli nyaris tidak ada. Ini kelihatannya sudah mulai ramai, mudah-mudahan ada rezekinya," ungkap dia.

Dalam satu hari, Kadek mengaku biasanya mendapatkan pendapatan kotor dari berjualan pernak-pernik sekitar Rp2 juta. Namun, kala Erupsi Gunung Agung melanda, pendapatannya tak menentu, bahkan pernah sama sekali tak ada pendapatan kendati tokonya buka.

Berbeda dengan Kadek yang sempat memilih menutup tokonya, Anis Mahdi (28), yang juga memiliki toko di Jalan Legian memutuskan terus membuka toko. Ia masih berharap ada pengunjung yang masih mampir ke tokonya, kendati Bali tak seramai biasanya.

"Tiap hari buka, ya siapa tahu ada yang mampir. Sepi sekali memang kemarin-kemarin, tapi sejak beberapa hari ini sudah mulai terlihat ramai," terang dia.
Natal dan Sejumput Asa Pengusaha Kecil di BaliPertokoan di sekitar Jalan Legian, Bali masih sepi di pagi hari menjelang Natal, Sabtu (23/12). (CNN Indonesia/Agustiyanti)
Anis mengaku sebelum erupsi Gunung Agung terjadi, pendapatan kotornya usaha aksesorisnya mencapai sekitar Rp3 juta. Namun, sejak erupsi, pendapatannya turun drastis. Dalam satu hari, Ia mengaku terkadang hanya memperoleh Rp100 ribu hingga Rp300 ribu.

"Tapi sudah beberapa hari terakhir ini, Bali mulai ramai karena sudah mau masuk musim liburan juga. Sekarang bisa dapat sekitar Rp1,5 juta," ungkap dia.

Momentum natal dan tahun baru, juga menjadi harapan Anis untuk meraup untung. Biasanya, menurut dia, pendapatan kala libur natal dan tahun baru, meningkat cukup signikan.

"Mudah-mudahan sih membaik, apalagi tanggap darurat juga sudah dicabut, wisatawan kembali banyak yang ke sini. Bisanya memang paling ramai itu setelah natal menuju tahun baru," harap dia.

Sementara itu, Made yang berprofesi sebagai supir rental mobil mengaku tak lagi mengantar penumpang setiap hari sejak Bali bersatus awas. Bali, menurut Made, mendadak sepi.

Namun, Made melihat Bali beberapa hari ini mulai ramai, seiring mulai masuknya musim libur Natal dan Tahun Baru. Jalan-jalan mulai macet, kendati belum separah tahun-tahun sebelumnya.

"Sudah mulai terlihat ramai, tapi biasanya memang lebih ramai setelah natal," ungkap dia.

Berdasarkan perkiraan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, kerugian yang dialami Bali sejak Gunung Agung berstatus awas pada 22 September 2017 mencapai Rp11 triliun.

Kerugian tersebut terutama berasal dari sektor pariwisata yang mencapai Rp9 triliun. Adapun sisanya, merupakan kerugian dalam bentuk kredit macet yang dialami masyarakat Karangasem.

Kendati Gunung Agung masih berstatus awas, pemerintah memutuskan untuk mencabut status tanggap darurat bencana Gunung Agung pada Jumat (22/12). Pencabutan status tersebut, ditempuh pemerintah guna meningkatkan kembali pariwisata Bali yang lesu akibat erupsi Gunung Agung. 

Presiden Joko Widodo bahkan secara langsung datang ke Bali dan menggelar rapat terbatas bersama sejumlah menteri guna memastikan kondisi Bali.  Kedatangan Jokowi, juga dilakukan guna memberikan pesan kepada dunia bahwa Bali aman sebagai tempat wisata kendati Gunung Agung masih mengalami erupsi. 

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menyebut, travel warning ke Bali dari sejumlah negara disebabkan oleh adanya status tanggap darurat. Ia pun optimis dengan dicabutnya status tanggap darurat bakal membuat sejumlah negara tersebut mencabut travel warning-nya.

Dengan demikian, diharapkan luhut, wisatawan asing pun akan kembali berkunjung ke Bali. Pulihnya pariwisata pun menurut Luhut akan ikut memulihkan ekonomi Bali.

"Ekonomi Bali akan rebound sendiri dengan itu, saya tidak ambil pusing," terang Luhut.

Status tanggap darurat tak lantas memberi kepastian terhadap status awas Gunung Agung. Hingga kini, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) belum dapat memastikan kapan status awas akan berakhir. Bahkan, usai pencabutan status tanggap darurat, Gunung Agung masih mengalami beberapa kali erupsi kecil. (agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER