Jakarta, CNN Indonesia -- Harga saham PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) yang tidak sejalan dengan kinerja keuangan kuartal III 2017 membuat sejumlah analis menyarankan agar pelaku pasar melakukan akumulasi pada saham tersebut.
Sepanjang pekan lalu saja, harga saham PP London Sumatra terus melandai. Bila pada awal pekan harga sahamnya masih berada di level Rp1.300 per saham, tetapi pada akhir pekan ditutup di level Rp1.245 per saham. Artinya, harga saham tersebut terkoreksi sebesar 4,23 persen.
"Jadi pelaku pasar bisa melakukan akumulasi beli karena laporan keuangan bagus, sekarang harga sahamnya sudah berada di area bawah," ungkap Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas, Kevin Juido kepada CNNIndonesia.com.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Valuasi saham PP London Sumatra saat ini terbilang murah, karena sebenarnya emiten tersebut memiliki fundamental yang cukup baik. Dilihat dari laporan keuangan perusahaan pada kuartal III 2017, laba bersih perusahaan lompat 134,84 persen menjadi Rp639,54 miliar dari sebelumnya Rp272,32 miliar.
Sementara itu, perusahaan meraup penjualan sebesar Rp3,57 triliun, atau naik 36,78 persen dari posisi terakhir Rp2,61 triliun. Kemudian, total aset naik tipis 3,49 persen dari Rp9,45 triliun pada akhir tahun 2016 menjadi Rp9,78 triliun.
"Pendapatan yang lebih tinggi pada kuartal III 2017 dipengaruhi oleh harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO)," terang Kevin.
Dengan kinerja positif tersebut, RTI Infokom mencatat, posisi
price earning to ratio (PER) PP London Sumatra akhir pekan lalu sebesar 9,96 kali.
Sebagai informasi, PER merupakan patokan pelaku pasar untuk menentukan harga wajar saham suatu emiten. Pelaku pasar dapat membandingkan harga saham emiten dengan laba bersihnya.
"Kalau melihat posisi PER nya, maka saham ini (PP London Sumatra) menarik juga," sambung Kevin.
Untuk itu, Kevin menyarankan, akumulasi beli dapat dilakukan dalam rentang harga Rp1.220 per saham hinga Rp1.250 persen, sedangkan target harga saham PP London Sumatra berada di level Rp1.310 per saham sampai Rp1.360 per saham.
Di sisi lain, analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama menilai, prospek bisnis PP London Sumatra diramalkan cukup positif didukung oleh kestabilan cuaca di dalam negeri.
"Kemudian emiten ini akan fokus pada ekspansi organik dengan menggarap areal tanaman sawit yang belum menghasilkan seluas 10 ribu hektare (ha)," papar Nafan.
Dari segi teknikalnya, lanjut Nafan, pergerakan saham PP London Sumatra mengindikasikan potensi stimulus beli. Sehingga, pelaku pasar dapat melakukan akumulasi beli di area Rp1.235 per saham sampai Rp1.265 per saham.
"Dengan target harga saham secara bertahap di level Rp1.320 per saham, Rp1.395 per saham, dan Rp1.490 per saham," pungkas Nafan.
Adapun, Head of Industry and Regional Research Departement PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Dendi Ramdani mengungkapkan, harga CPO hingga akhir 20 Desember 2017 sebesar US$601,4 per metrik ton.
"Secara
year to date (ytd) sebenarnya turun 15,64 persen, secara harian turun 0,6 persen," ujar Dendi.
Secara keseluruhan, ia memprediksi sejumlah harga komoditas bergerak stagnan (flat) pada tahun depan. Untuk CPO sendiri diproyeksi berada di level US$700 per metrik ton. Bila dihitung, harga CPO masih berpeluang naik 16,47 persen dari posisi 20 Desember 2017.
 Foto: CNN Indonesia/ Hesti Rika Petani di perkebunan kelapa sawit memanggul hasil panen. (Ilustrasi) |
Pilkada Dongkrak Saham Indofood dan XL AxiataPada tahun depan, 171 Pemilikan Kepala Daerah (Pilkada) bakal dilakukan serentak di berbagai wilayah di Indonesia. Hal ini otomatis akan membuat daya beli masyarakat bangkit kembali setelah melesu sepanjang tahun ini.
"Misalnya berbagai perusahaan mendapat kontrak dari berbagai partai, pendapatan mereka menjadi naik," tutur Kevin.
Dengan sikap masyarakat Indonesia yang terbilang konsumtif, tentu tingkat belanja mereka akan meningkat seiring dengan tumbuhnya juga pendapatan dari tiap perusahaan atau pun pabrik yang mendapatkan kontrak dari beberapa partai.
'Kan partai-partai pasti membuat baju, spanduk, dan lain-lain," imbuh Kevin.
Pertumbuhan daya beli ini tentu akan menjadi sentimen positif bagi saham berbasis konsumsi barang, khususnya PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (INDF).
Terlebih lagi, momentum World Cup 2018 juga akan membuat masyarakat melakukan acara nonton bareng (nobar), di mana banyak menghabiskan makanan ringan (snack) untuk menemani nobar tersebut.
"Dengan harga saham Indofood CBP Sukses yang rendah, jadi menarik untuk melakukan akumulasi beli," jelas Kevin.
Harga saham Indofood Sukses Makmur sepanjang pekan lalu terbilang bergerak berfluktuatif. Sempat naik tajam pada Selasa (19/12) ke level Rp7.650 per saham, namun kembali turun hingga ke level Rp7.625 per saham pada akhir pekan lalu.
"Sementara saham-saham konsumsi barang lainnya, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) sudah terlalu tinggi," papar Kevin.
Lebih detil, harga saham HMSP meningkat 3,33 persen sepanjang pekan lalu ke level Rp4.650 per saham. Sementara, harga saham Unilever Indonesia naik 2,17 persen ke level Rp54.125 per saham.
Tak hanya Indofood Sukses Makmur, momen Pilkada juga akan berimbas positif pada harga saham PT XL Axiata Tbk (EXCL) sebagai salah satu emiten berbasis telekomunikasi.
Nafan mengatakan, kebutuhan pengguanaan data akan meningkat seiring dengan momen Pilkada 2018. Ditambah lagi dengan momen Pemilihan Umum (Pemilu) 2019, maka tingkat kebutuhan semakin bertambah.
"Biasanya, media sosial akan dimanfaatkan oleh para elite politik dalam rangka meningkatkan elektabilitas mereka (kontestan politik)," papar Nafan.
Melihat prospek bisnis XL Axiata ini, pelaku pasar tentu bisa memanfaatkan harga saham XL Axiata yang sedang berada di area bawah, yakni Rp2.880 per saham.
Terpantau, harga saham XL Axiata memang terus terkoreksi sepanjang pekan lalu. Bila diakumulasi, harga sahamnya telah turun 3,67 persen dari posisi awal pekan lalu di level Rp2.990 per saham.
(lav)