Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah membukukan defisit anggaran sebesar Rp345,8 triliun atau 2,57 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2017. Angka itu tercatat lebih tinggi dibanding realisasi tahun sebelumnya yang sebesar 2,49 persen terhadap PDB.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan, realisasi penerimaan negara berada di angka Rp1.655,8 triliun sepanjang tahun 2017, atau mencapai 95,4 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) yang sebesar Rp1.736,1 triliun. Sementara itu, realisasi belanja negara mencapai Rp2.001,6 triliun atau 93,8 persen dari target APBNP 2017 yang senilai Rp2.133,3 triliun.
Meski demikian, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati tetap semringah karena realisasi defisit tahun ini masih di bawah target sebesar 2,92 persen. Selain itu, defisit kali ini dianggap lebih berkualitas karena sebagian besar belanja digunakan untuk keperluan yang produktif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sri Mulyani berkaca pada realisasi belanja barang sebesar Rp286,7 triliun atau 96,9 persen dari target APBNP sebesar Rp295,7 triliun. Tak hanya belanja barang, realisasi belanja modal juga dianggap mumpuni yakni Rp208,4 triliun atau 92,8 persen dari target Rp224,7 triliun.
“Bahkan, kalau mau dilihat, realisasi penyerapan belanja modal Indonesia ini sudah merupakan yang terbaik dalam kurun tiga tahun terakhir. Artinya, tren defisit Indonesia makin lama semakin membaik,” ungkap Sri Mulyani, Selasa (2/1).
Ia menambahkan, defisit APBNP tahun kemarin boleh jadi lebih baik dibanding tahun ini. Namun, angka realisasi yang sebesar 2,49 persen ternyata lebih besar dari targetnya yang hanya 2,35 persen. Berbeda dengan defisit 2017 yang lebih rendah dibanding targetnya.
Hal itu juga berimplikasi pada pembiayaan untuk menutup lubang defisit. Dari target pembiayaan defisit sebesar Rp397,2 triliun, pemerintah hanya mencari pembiayaan sebesar Rp364,5 triliun, atau hanya 91,8 persen dari targetnya.
"Dengan defisit lebih kecil, maka realisasi pembiayaan yang perlu dicari juga jadinya lebih kecil. Selain itu, tahun kemarin, defisit bisa di angka 2,49 persen dengan belanja di angka Rp1.844,3 triliun. Tapi, tahun ini defisit bisa tidak meningkat signifikan meski belanja telah menyentuh Rp2.000 triliun," paparnya.
Di samping itu, ia juga senang defisit bisa ditahan di bawah target karena penerimaan negara tercatat ikut membaik.
Ia mengatakan, terdapat dua pos penerimaan yang sudah melebihi target yakni bea dan cukai yang realisasinya mencapai Rp192,3 triliun atau 101,4 persen dari target serta Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang terbilang Rp308,4 triliun atau 118,1 persen dari target APBNP 2017 sebesar Rp260,2 triliun.
Menurut dia, tercapainya realisasi ini pun tak lepas dari memanasnya harga komoditas seperti batu bara dan minyak mentah.
“Bahkan, ada kemungkinan defisit ini bisa lebih kecil lagi karena ternyata di tanggal 30 Desember dan 31 Desember ada penerimaan pajak sebesar Rp4 triliun yang belum kami masukkan ke perhitungan tersebut. Sebab, data yang kami sajikan ini merupakan data per 30 Desember kemarin,” papar dia.
Sekadar informasi, belanja pemerintah di tahun ini tercatat meningkat 7,4 persen dibanding tahun sebelumnya yakni Rp1.864,3 triliun. Sementara itu, realisasi pendapatan negara sepanjang tahun ini juga bertumbuh 6,4 persen dibanding tahun sebelumnya yakni Rp1.555,9 triliun.
(lav)