Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan berharap, Hyundai Railroading Technology System (Rotem) bisa menjadi konsultan untuk proyek
Light Rail Transit (LRT) Jabodebek. Perusahaan asal Korea Selatan itu sebelumnya menyatakan minat untuk menyuplai teknologi dan berinvestasi di proyek tersebut, ketika Luhut melawat ke negeri ginseng tersebut.
Luhut menjelaskan, konsen pemerintah di dalam proyek LRT saat ini adalah memperbesar porsi Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN). Namun, menurut Luhut, pemerintah masih akan mempertimbangkan teknologi Hyundai jika memang industri dalam negeri belum siap untuk memproduksi sarana tersebut.
“Hyundai kami minta untuk jadi konsultan. Karena bagaimana pun, kami ingin ada teknologi yang sudah maju masuk ke Indonesia supaya ada loncatan-loncatan teknologi. Tapi ini masih belum final, semoga bulan ini keputusan sudah didapatkan,” ungkap Luhut ditemui di kantornya, Senin (8/1).
Alih-alih impor teknologi, pemerintah rencananya akan meminta PT Industri Kereta Api (Persero) (INKA) untuk memproduksi teknologi dan gerbong bagi proyek LRT. Selain memperbesar porsi TKDN, penggunaan teknologi lokal diharapkan bisa menekan angka investasi LRT. Sayang, ia masih belum bisa menyebut angka penghematan tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Luhut melanjutkan, INKA sudah menyatakan siap untuk memproduksi gerbong bagi proyek LRT. Ia pun menyebut, beberapa teknologi INKA memiliki kualitas serupa dengan Hyundai. Hanya saja, menurut dia, INKA disebut masih butuh penguatan produksi seperti pengelasan (
welding) dan beberapa teknik lainnya.
“Dalam proyek LRT, kami ingin kalau INKA bisa produksi local content, ya kapan lagi Indonesia bisa bikin sendiri? Kami baru bandingkan dari Hyundai, kualitasnya baik tapi di sana-sini mungkin masih perlu ada penguatan,” jelas dia.
Di samping itu, pemerintah juga membuka kesempatan bagi perusahaan lain untuk bekerjasama di proyek LRT dari segi transfer teknologi. Adapun selain Hyundai, perusahaan asal Kanada, Bombardier Inc disebutnya berminat untuk melakukan hal yang sama.
“Pilihannya dua, ada Hyundai dan Bombardier. Tapi Hyundai ini dekat dengan Indonesia, teknologinya lumayan bagus, kita mungkin consider pakai itu. Tapi saya tidak setuju jika semuanya disuplai dari Hyundai, kalau Indonesia bisa buat sendiri ya kenapa tidak?” tandas dia.
Seperti diketahui, nilai investasi yang dibutuhkan dalam proyek ini mencapai Rp29,9 triliun, di mana seluruh dana ini akan dibebankan kepada PT Adhi Karya (Persero) Tbk sebesar Rp4,2 triliun dan PT Kereta Api Indonesia sebesar Rp25,7 triliun. Setelah proyek selesai pada 2019 mendatang, LRT rencananya akan dioperasikan dalam 140 kali perjalanan per hari pada hari kerja.
(agi/agi)