Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Keuangan memasang target penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) ritel sebesar 5 persen dari penerbitan SBN bruto di tahun ini. Angka ini lebih kecil dibanding proyeksi akhir tahun kemarin, di mana penerbitan SBN ritel mengambil porsi 6 persen hingga 8 persen dari SBN bruto.
Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Loto Srinata Ginting tidak menyebut secara rinci ihwal alasan tersebut. Namun, dengan demikian, artinya penerbitan SBN bruto dipatok sebesar Rp42,32 triliun.
“Perencanaannya di kisaran 5 persen, tapi terbuka jika minat lebih besar dari kisaran tersebut,” jelas Loto kepada
CNNIndonesia.com, Kamis (11/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut jadwal penerbitan DJPPR Kemenkeu, rencananya pemerintah akan menerbitkan sukuk ritel pada kuartal I, SBN ritel daring
(online) pada kuartal II, dan SBN serta SUN ritel pada kuartal IV tahun ini.
Kepala Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih mengatakan, pemerintah memang sebaiknya menurunkan target penerbitan SBN ritel karena kini imbal hasil
(yield) obligasi semakin tipis. Hal ini membuat investor galau menanamkan modalnya. Apalagi, nilai
yield dari obligasi pemerintah tak jauh beda dengan bunga deposito.
Adapun menurut Pusat Informasi Pasar Uang (PIPU) Bank Indonesia, saat ini rata-rata bunga deposito dengan masa satu tahun ada di angka 5,7 persen. Sementara itu, bunga kupon Obligasi Ritel Indonesia (ORI) seri 014 yang dirilis akhir September lalu tercatat 5,85 persen, atau semakin rendah dari seri ORI 013 sebesar 6,6 persen dan ORI014 sebesar 9 persen.
“Suku bunga deposito buat ritel masih menarik, karena swaktu-waktu bisa dicairkan. Kalau SBN kan tiga tahun di-hold. Bagi investor ritel ,ini lebih nyaman. Memang yield-nya lebih kecil sediit, tapi bisa dicairkan,” jelas Lana.
Untuk itu, pemerintah memang harus mengubah strategi portofolionya dengan memperkecil porsi ritel. Apalagi, pemerintah berencana akan mencari pendanaan awal tahun
(front loading) yang cukup besar.
Pemerintah bisa mengalihkan sebagian porsi SBN ritel bagi konsumsi global, mengingat sentimen makroekonomi Indonesia justru mempan bagi investor-investor tersebut.
Hal ini nampaknya sudah diterapkan pemerintah dan mulai terlihat efeknya pada penerbitan surat utang pemerintah di awal tahun ini yang laris manis. Pada pekan lalu, pemerintah berhasil menghimpun Rp25,5 triliun dari lelang lima seri SUN dengan penawaran Rp86,2 triliun. Sementara itu, pemerintah juga menghimpun Rp13 triliun dari lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dari penawaran Rp32,27 triliun.
“Pemerintah juga sebenarnya bisa memperbaiki angka kupon SBN. Tapi, kalau kupon naik, maka semua imbal hasil tentu akan naik. Lebih baik sebagian (porsi ritel) dilepas ke global, karena peringkat dari Fitch akan membantu yield SBN bertenor panjang, sementara yang bertenor pendek spread-nya akan turun,” pungkas Lana.
(agi)