Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Perindustrian menyatakan telah menyodorkan empat komoditas industri agro untuk dimasukkan sebagai industri prioritas nasional. Keempat komoditas tersebut adalah kelapa sawit, karet, kakao, dan kopi.
Direktur Jenderal Agro Kemenperin Panggah Susanto mengatakan, keempat sektor ini dipilih untuk dimasukkan ke dalam paket kebijakan ihwal industri prioritas.
Menurut dia, tadinya Kemenperin menyodorkan banyak sekali sektor industri agro untuk dimasukkan ke dalam daftar tersebut. Namun, Kementerian Koordinator bidang Perekonomian membatasi hanya beberapa komoditas saja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Selain keempat komoditas itu, rencananya ikan juga akan dimasukkan,” ujar Panggah ditemui di Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Kamis (11/1).
Lebih lanjut ia menuturkan, keempat sektor industri agro itu dipilih karena memiliki potensi yang sangat besar, mulai dari nilai ekspor, daya saing, hingga penyerapan tenaga kerja.
Maka dari itu, sesuai instruksi Kemenko Perekonomian, lebih baik pengembangan komoditas perkebunan ini berjumlah sedikit namun bisa dikembangkan secara mendalam.
“Dan keempat komoditas ini memang sudah berjalan pengembangannya, namun diperlukan penyempurnaan dalam pelaksanannya,” jelas Panggah.
Sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pemerintah kemungkinan masih akan merilis paket kebijakan ekonomi di tahun ini. Adapun, kebijakan yang akan dirilis nanti rencananya akan menyasar sektor manufaktur.
Di dalam rencana kebijakan tersebut, pemerintah akan memfokuskan sektor manufaktur unggulan Indonesia agar investasi serta produksi manufaktur kedepannya bisa memiliki keunggulan komparatif dan berdaya saing.
Ia mencontohkan, selama ini pertumbuhan industri makanan dan minuman Indonesia memang cemerlang. Hanya saja, saat ini Indonesia tidak punya fokus ihwal jenis makanan dan minuman apa saja yang seharusnya diproduksi.
“Yang pasti, kami ingin perindustrian lebih tajam. Industri apa saja persisnya, jadi tidak terlalu umu. Maakanan dan minuman, misalnya, kami akan fokus ‘makanan dan minuman ini apa saja?’ Lalu juga di baja, jenis baja apa saja yang seharusnya diproduksi,” papar Darmin sepekan lalu.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), industri pengolahan non-migas hingga kuartal III mencatat pertumbuhan sebesar 5,49 persen.
Dari seluruh sektor, pertumbuhan tertinggi masih disumbang dari industri makanan dan minuman dengan nilai 9,46 persen dan disusul oleh industri mesin dan perlengkapan sebesar 6,35 persen.
(gir)