Tak Ada Tax Amnesty, DPK Bank Diramal hanya Tumbuh 8 Persen

Yuli Yanna Fauzie | CNN Indonesia
Senin, 15 Jan 2018 09:35 WIB
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memproyeksi pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan hanya menyentuh 8 persen 2018 karena tak ada sokongan dana amnesti pajak.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memproyeksi pertumbuhan dana pihak ketiga perbankan hanya menyentuh 8 persen 2018 karena tak ada sokongan dana amnesti pajak. (CNN Indonesia/Hesti Rika Pratiwi).
Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memproyeksi pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan hanya menyentuh angka 8 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada 2018. Bidikan ini terbilang pesimis karena lebih rendah dibanding catatan DPK pada November 2017 yang tumbuh 9,86 persen (yoy).

Selain itu, target LPS juga menjadi yang paling rendah dibandingkan target pertumbuhan DPK Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebesar 10-12 persen dan Bank Indonesia (BI) di kisaran 9-11 persen untuk tahun ini.


Direktur Eksekutif Penjaminan dan Manajemen Risiko LPS Didiek Madiyono mengatakan, proyeksi tersebut muncul lantaran tak ada lagi kontribusi dari uang tebusan program pengampunan pajak (tax amnesty) pada tahun ini. Hal ini berbeda dengan 2016 dan 2017.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada 2016, tax amnesty diselenggarakan selama enam bulan dengan jumlah uang tebusan mencapai Rp103,31 triliun. Hal ini membuat DPK tumbuh di angka 9,6 persen (yoy). Lalu, pada 2017, setidaknya masih ada tax amnesty selama tiga bulan dengan uang tebusan senilai Rp10,71 triliun. Adapun pertumbuhan DPK sampai November 2017 sebesar 9,86 persen (yoy).

"DPK kami lebih rendah dari otoritas lain, landasan dari dampak tahun lalu lebih banyak dari tax amnesty. Kalau itu dikeluarkan, kami lihat angkanya hanya 8 persen. Itu penyebab utama kenapa tahun lalu ada tambahan," ungkap Didiek di kantornya, akhir pekan kemarin.

Sementara itu, Kepala Eksekutif LPS Fauzi Ichsan menambahkan, meski tak ada sumbangan dari tax amnesty ke DPK tahun ini, namun proyeksi pertumbuhan ekonomi dan inflasi Indonesia yang lebih baik pada tahun ini bisa menjadi stimulus DPK. Hal ini yang kemudian membuat LPS melihat bahwa DPK tidak serta merta menukik pada tahun ini dibandingkan dua tahun terakhir.


"Kalau dari proyeksi pertumbuhan ekonomi sekitar lima persenan dan inflasi 3,5 persen, maka DPK masih tumbuh di sekitaran itu (8 persen)," terangnya.

Pertumbuhan Kredit

Kendati DPK menurun, namun dari sisi pertumbuhan kredit, LPS melihat masih ada ruang bagi kredit perbankan tumbuh lebih baik pada tahun ini.

LPS memproyeksi, kredit tumbuh di kisaran 10 persen (yoy), meski sampai November 2017 pertumbuhannya masih di kisaran 7,6 persen (yoy).

Adapun proyeksi ini sejalan dengan OJK dan BI yang masing-masing memprediksi pertumbuhan kredit di angka 10-12 persen (yoy) dan 9-11 persen (yoy).

Fauzi bilang, proyeksi ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik, sehingga membuat permintaan kredit meningka. Faktor lain karena suku bunga acuan BI (7 Days Reverse Repo Rate/7DRRR) diperkirakan tidak berubah sepanjang tahun ini.

"Kami prediksi suku bunga acuan BI 7DRR stabil di angka 4,25 persen sampai akhir tahun," ucapnya.

Adapun proyeksi tetapnya 7DRRR karena inflasi diperkirakan stabil dan suku bunga bank sentral Amerika Serikat akan naik, namun suku bunga bank sentral Eropa, Jepang, dan China tetap stabil.

(lav)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER