Jakarta, CNN Indonesia -- Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memproyeksi pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan hanya menyentuh angka 8 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada 2018. Bidikan ini terbilang pesimis karena lebih rendah dibanding catatan DPK pada November 2017 yang tumbuh 9,86 persen (yoy).
Selain itu, target LPS juga menjadi yang paling rendah dibandingkan target pertumbuhan DPK Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebesar 10-12 persen dan Bank Indonesia (BI) di kisaran 9-11 persen untuk tahun ini.
Direktur Eksekutif Penjaminan dan Manajemen Risiko LPS Didiek Madiyono mengatakan, proyeksi tersebut muncul lantaran tak ada lagi kontribusi dari uang tebusan program pengampunan pajak (tax amnesty) pada tahun ini. Hal ini berbeda dengan 2016 dan 2017.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 2016,
tax amnesty diselenggarakan selama enam bulan dengan jumlah uang tebusan mencapai Rp103,31 triliun. Hal ini membuat DPK tumbuh di angka 9,6 persen (yoy). Lalu, pada 2017, setidaknya masih ada
tax amnesty selama tiga bulan dengan uang tebusan senilai Rp10,71 triliun. Adapun pertumbuhan DPK sampai November 2017 sebesar 9,86 persen (yoy).
"DPK kami lebih rendah dari otoritas lain, landasan dari dampak tahun lalu lebih banyak dari
tax amnesty. Kalau itu dikeluarkan, kami lihat angkanya hanya 8 persen. Itu penyebab utama kenapa tahun lalu ada tambahan," ungkap Didiek di kantornya, akhir pekan kemarin.
Sementara itu, Kepala Eksekutif LPS Fauzi Ichsan menambahkan, meski tak ada sumbangan dari
tax amnesty ke DPK tahun ini, namun proyeksi pertumbuhan ekonomi dan inflasi Indonesia yang lebih baik pada tahun ini bisa menjadi stimulus DPK. Hal ini yang kemudian membuat LPS melihat bahwa DPK tidak serta merta menukik pada tahun ini dibandingkan dua tahun terakhir.
"Kalau dari proyeksi pertumbuhan ekonomi sekitar lima persenan dan inflasi 3,5 persen, maka DPK masih tumbuh di sekitaran itu (8 persen)," terangnya.
Pertumbuhan KreditKendati DPK menurun, namun dari sisi pertumbuhan kredit, LPS melihat masih ada ruang bagi kredit perbankan tumbuh lebih baik pada tahun ini.
LPS memproyeksi, kredit tumbuh di kisaran 10 persen (yoy), meski sampai November 2017 pertumbuhannya masih di kisaran 7,6 persen (yoy).
Adapun proyeksi ini sejalan dengan OJK dan BI yang masing-masing memprediksi pertumbuhan kredit di angka 10-12 persen (yoy) dan 9-11 persen (yoy).
Fauzi bilang, proyeksi ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik, sehingga membuat permintaan kredit meningka. Faktor lain karena suku bunga acuan BI (7 Days Reverse Repo Rate/7DRRR) diperkirakan tidak berubah sepanjang tahun ini.
"Kami prediksi suku bunga acuan BI 7DRR stabil di angka 4,25 persen sampai akhir tahun," ucapnya.
Adapun proyeksi tetapnya 7DRRR karena inflasi diperkirakan stabil dan suku bunga bank sentral Amerika Serikat akan naik, namun suku bunga bank sentral Eropa, Jepang, dan China tetap stabil.
(lav)