Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberi waktu kepada perbankan untuk menyelesaikan kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) sampai kuartal I 2018. Menurut regulator, bank mulai bersih-bersih sejak Juli 2017 lalu.
Anggota Dewan Komisioner sekaligus Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana mengatakan, OJK ingin perbankan lepas landas dari masa konsolidasi dan siap mengejar pertumbuhan kinerja sesuai dengan apa yang telah disampaikan melalui Rencana Bisnis Bank (RBB).
"Target saya, nanti di kuartal I 2018 sudah semua
clean (bersih). Kalau semua sudah
clean, dia nanti akan lebih cepat dan yakin mendorong untuk tumbuh," kata Heru di kantornya, Kamis (21/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Oktober 2017, NPL (gross) perbankan tercatat 2,96 persen. Naik dari bulan sebelumnya yang sebesar 2,93 persen. Namun, pencapaian tersebut masih lebih baik ketimbang Agustus 2017 yang sempat menyentuh 3 persen.
Adapun, RBB industri perbankan membidik angka pertumbuhan kredit sebesar 12,23 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada tahun depan. Namun, lembaga pengawas jasa keuangan hanya menargetkan pertumbuhan di kisaran 10-12 persen.
Sementara, dari sisi prospek, Heru melihat, peluang perbankan untuk mengejar target pertumbuhan lebih terbuka. Pasalnya, perekonomian diperkirakan akan lebih baik, sehingga bisa menjadi salah satu pelumas bagi perbankan untuk memacu penyaluran kreditnya.
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menyebutkan, perbaikan ekonomi itu akan ditopang oleh pemulihan ekonomi dari beberapa negara-negara di dunia. Selain itu, ada pula kontribusi dari harga komoditas yang diprediksi bisa lebih baik.
Hal ini diyakini akan membangkitkan gairah pengusaha untuk mengambil kucuran kredit perbankan lebih tinggi lagi. Namun, di saat yang bersamaan, tidak akan membuat rasio kredit bermasalah membengkak.
"Ekonomi luar negeri membaik di negara-negara maju, sekalipun China juga membaik, sehingga ruang Indonesia untuk mengekspor barang-barang komoditas bisa lebih besar lagi di 2018," ucap Wimboh.
Tumbuh Merata di semua BUKU Selain mengejar target pertumbuhan kredit, Heru bilang, OJK akan memonitor lebih ketat pertumbuhan tiap bank berdasarkan kelas BUKU (Bank Umum dengan Kegiatan Usaha). Sebab, Heru ingin pertumbuhan yang 'moncer' tak hanya dirasakan oleh satu dua kelas saja, namun lebih merata.
Berdasarkan data per September 2017, pertumbuhan kredit bank rupanya belum merata. Hanya bank umum BUKU IV dan bank umum syariah BUKU II yang sudah berhasil melewati target RBB sebesar 11,83 persen, yaitu masing-masing 19,8 persen dan 12,24 persen.
Sedangkan bank umum syariah BUKU III dan bank umum BUKU III masih di bawah target, masing-masing 7,86 persen dan 1,17 persen. Namun, hal ini masih lebih baik ketimbang bank umum BUKU I yang minus 36,4 persen, bank umum syariah BUKU I minus 25,61 persen, dan bank umum BUKU II minus 9,27 persen.
"Bank yang masih punya masalah dengan diri sendiri, kami minta mereka benahi (apapun kelasnya)," tutur Heru.
(bir)