
Aprindo Optimis Bisnis Ritel Tumbuh Nyaris Dua Digit di 2018
Kamis, 25 Jan 2018 14:56 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) optimistis bisnis ritel dapat tumbuh mencapai angka 9 persen sepanjang 2018.
Ketua Aprindo Roy Mandev mengatakan, pihaknya optimistis target tersebut bisa tercapai karena dukungan dari semua pihak termasuk pemerintah yang semakin fokus untuk meningkatkan produktifitas.
Selain itu, tahun 2018 yang merupakan tahun politik, juga berpotensi untuk menggenjot pertumbuhan bisnis ritel. Pasalnya, biasanya partai-partai dan calon kepala daerah akan banyak berbelanja untuk kebutuhan kampanye seperti, tekstil dan makanan pada tahun politik.
"Kami optimis juga karena harga komoditas sedang naik. Kami akan lebih baik di 2018 walaupun belum sampai double digit," terang Roy, dikutip Kamis (25/1)
Pada 2017, sektor ritel mengalami pertumbuhan industri sekitar 7,5 persen. Angka itu menurun dari kenaikan kinerja industri ritel tahun sebelumnya yakni 9 persen.
"Industri ritel sejak tahun 2015 masih belum recovery. Di tahun 2013 dan 2014 pertumbuhannya mencapai double digit, saat ini di bawah double digit," imbuhnya.
Pertumbuhan yang cenderung melambat tersebut, menurut Roy, disebabkan adanya pergeseran pola konsumsi di masyarakat khususnya kelas menengah ke atas.
Ia mengatakan, kelas menengah atas saat ini, cenderung memilih belanja pengalaman. Dalam hal ini adalah menghabiskan uangnya untuk rekreasi (leisure).
"Hal yang terjadi memang customer behaviour (perilaku konsumen) berubah. Dari yang belanja menjadi suatu keharusan, sekarang belanja bukan suatu keharusan," tambahnya. (lav/lav)
Ketua Aprindo Roy Mandev mengatakan, pihaknya optimistis target tersebut bisa tercapai karena dukungan dari semua pihak termasuk pemerintah yang semakin fokus untuk meningkatkan produktifitas.
Selain itu, tahun 2018 yang merupakan tahun politik, juga berpotensi untuk menggenjot pertumbuhan bisnis ritel. Pasalnya, biasanya partai-partai dan calon kepala daerah akan banyak berbelanja untuk kebutuhan kampanye seperti, tekstil dan makanan pada tahun politik.
"Kami optimis juga karena harga komoditas sedang naik. Kami akan lebih baik di 2018 walaupun belum sampai double digit," terang Roy, dikutip Kamis (25/1)
Pada 2017, sektor ritel mengalami pertumbuhan industri sekitar 7,5 persen. Angka itu menurun dari kenaikan kinerja industri ritel tahun sebelumnya yakni 9 persen.
"Industri ritel sejak tahun 2015 masih belum recovery. Di tahun 2013 dan 2014 pertumbuhannya mencapai double digit, saat ini di bawah double digit," imbuhnya.
Pertumbuhan yang cenderung melambat tersebut, menurut Roy, disebabkan adanya pergeseran pola konsumsi di masyarakat khususnya kelas menengah ke atas.
Ia mengatakan, kelas menengah atas saat ini, cenderung memilih belanja pengalaman. Dalam hal ini adalah menghabiskan uangnya untuk rekreasi (leisure).
"Hal yang terjadi memang customer behaviour (perilaku konsumen) berubah. Dari yang belanja menjadi suatu keharusan, sekarang belanja bukan suatu keharusan," tambahnya. (lav/lav)
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
Lihat Semua
BERITA UTAMA
TERBARU
LAINNYA DI DETIKNETWORK