Jakarta, CNN Indonesia -- PT Mandiri Manajemen Investasi menargetkan dapat menghimpun dana kelolaan (Asset Under Management/ AUM) sebanyak Rp60 triliun pada 2018, atau tumbuh 18,43 persen dibanding raihan tahun 2017 yang sebesar Rp50,7 triliun.
Direktur Mandiri Investasi Endang Astharanti menerangkan, meningkatnya target ini seiring dengan keyakinan perusahaan bahwa sentimen pasar modal tahun 2018 semakin mumpuni dibanding tahun sebelumnya.
Berdasarkan faktor tersebut, perusahaan ingin meyakinkan investor pemula agar mau berinvestasi di produk investasi perusahaan seperti reksa dana.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perusahaan berharap investor pemula berinvestasi di reksa dana terproteksi, atau reksa dana yang nilai pokoknya dijaminkan oleh obligasi. Terlebih, produk reksa dana mengambil peranan besar dalam membentuk AUM perusahaan sepanjang tahun lalu.
Sekadar informasi, AUM reksa dana Mandiri Investasi tercatat Rp45,4 triliun, atau 89,54 persen dari total seluruh dana kelolaan perusahaan. Angka ini tercatat tumbuh 42,3 persen secara tahunan (year on year/YoY). Dari total AUM reksa dana tersebut, reksa dana terproteksi ini berkontribusi paling besar yakni 32 persen.
“Tahun ini sudah ada beberapa reksa dana terproteksi yang
mature (matang) yakni sekitar 10 produk. Jadi, kami perlu
replace (alihkan) untuk ganti reksa dana terproteksi yang akan
mature sekitar Rp4 triliun. Tapi kami targetkan AUM tahun ini di angka Rp60 triliun, atau naik hampir 20 persen,” terang Endang, Kamis (25/1).
Lebih lanjut ia menuturkan, perusahaan juga tengah melirik produk investasi alternatif seperti Kredit Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK EBA) atau Dana Investasi Real Estate (DIRE) tahun ini.
Untuk KIK EBA, rencananya aset dasar (underlying asset) yang digunakan adalah proyek infrastruktur. Hanya saja, ia enggan menyebut secara lebih detail mengingat investasi ini masih dalam studi kelayakan (feasibility study) dan akan diterbitkan di semester II mendatang.
“Prosesnya nanti mungkin sama seperti (sekuritisasi) PT Jasa Marga (Persero) Tbk kemarin. Kemungkinan kami masih jajaki jalan tol dengan nilai yang mungkin tidak jauh berbeda sekitar Rp 2 triliun,” imbuh dia.
Sementara untuk DIRE, perusahaan tengah menjajaki pusat perbelanjaan untuk menjadi underlying asset investasi tersebut. Namun, karena sifatnya masih penjajakan, perusahaan kini masih mengkaji imbal hasilnya.
"Kami lagi pilih-pilih underlying asset-nya, apakah di Jakarta atau di luar Jakarta. Sebab, saat ini bangunan di luar Jakarta punya rental
yield (imbal hasil) yang biasa saja, namun punya potensi
upsize yang cukup baik. Sedangkan rental
yield Jakarta bagus, namun harga propertinya sudah terlalu mahal,” ungkap dia.
(lav)