Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Energi dan dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan memperkirakan penggunaan batu bara sebagai sumber energi primer pembangkit listrik masih akan berlangsung hingga 2025.
"(Porsi bauran energi pembangkit listrik) itu 60 persen sekarang batu bara dan saya kira sampai 2024 sampai 2025, tetap 60 persen kurang lebih batu bara," ujar Jonan di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
Maka itu, seperti diberitakan sebelumnya, Kementerian ESDM kini tengah mengkaji perubahan formula penyesuaian tarif tenaga listrik (tariff adjustment) pelanggan non subsidi PT PLN (Persero).
Saat ini, formula penyesuaian tarif listrik pelanggan non subsidi ditentukan oleh nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, inflasi, dan harga minyak mentah Indonesia (ICP).
Padahal, berdasarkan data Kementerian ESDM, porsi pembangkit listrik yang menggunakan tenaga bahan bakar minyak (BBM) hanya 5,81 persen. Bahkan, pada tahun 2026, porsi penggunaan BBM ingin ditekan menjadi 0,05 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak ayal, reformulasi penyesuaian tarif listrik pelanggan non subsidi dengan menambahkan faktor harga batu bara acuan menjadi opsi yang masuk akal.
Kendati demikian, Jonan masih belum membocorkan kapan formula baru itu mulai diberlakukan.
"Ini (perubahan formula) baru mau dibahas. Kami berusaha lebih realistis," ujar Jonan.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Andy Noorsaman Sommeng mengungkapkan reformulasi penyesuaian tarif tersebut akan dituangkan dalam Keputusan Menteri ESDM.
(lav)