Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memastikan, pembangunan Bandara Kulon Progo atau Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) telah mempertimbangkan potensi bencana alam. Selama ini, menurut Budi, wilayah tempat bandara tersebut dibangun dianggap rawan bencana, seperti gempa dan tsunami.
Untuk itu, menurut Budi, bandara tersebut dibangun dengan memanfaatkan data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
"Ketika membangun, asumsinya dari BMKG dengan PT Angkasa Pura I menghitung secara detail," kata Budi Karya di Gedung BMKG, Jakarta, Jumat (26/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Budi Karya pun mengklaim, bandara yang terletak di Kulon Progo, Yogyakarta itu, dapat tahan gempa hingga 8,8 Skala Richter (SR).
"Karena kami sudah memperhitungkan dengan skala 8,8 SR yang belum pernah terjadi Jawa, kami siapkan bangunan, siapkan mitigasi yang dilakukan," ujarnya
Selain itu, struktur bangunan bandara tersebut, menurut Budi Karya, didesain agar tahan terhadap tsunami. Pihaknya juga telah menyiapkan mitigasi dalam pembangunan bandara NYIA. Ia mencontohkan, pusat listrik tidak boleh ditempatkan di lantai satu agar tidak terkena tsunami.
"Listrik tidak boleh di lantai satu, tapi di lantai dua. Lantai satu dibiarkan, kalau tsunami, air dibiarkan masuk ke dalam," ujar Budi Karya.
Terkait dengan potensi bencana, Budi Karya mengatakan, kajian proyek bandara NYIA melibatkan ahli dari Jepang untuk berdiskusi sebelum pembangunannya dimulai.
"Ahli dari Jepang merekomendasikan hal-hal yang sangat mendasar dan antisipatif sehingga yang namanya tsunami itu secara engineering bisa di manage," imbuhnya.
Dengan demikian, menurut dia, masyarakat tak perlu khawatir akan potensi bencana alam yang mungkin bisa menerjang bandara. Menurut Budi, sepanjang diantisipasi engan baik, dampak dari bencana bisa diminimalisasi.
"Masyarakat ini menganggap bencana itu hukuman, padahal bisa mengurangi bencana itu dengan kita tahu bencananya," tambah dia.
(agi)