Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) sepanjang tahun lalu meningkat 8,5 persen. Hal ini membuat PMA tahun lalu mencapai Rp430,5 triliun.
Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Azhar Lubis menjelaskan, pencapaian ini sedikit di atas target yang dipatok sebelumnya, yaitu sebesar Rp429 triliun. Artinya, pencapaian PMA terhadap target sebesar 100,3 persen.
Tak hanya PMA, realisasi investasi dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tahun lalu juga melebihi target. Total investasi PMDN mencapai Rp262,3 triliun dari target yang hanya Rp249,8 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Realisasi investasi PMDN dan PMA sepanjang tahun lalu tembus hingga Rp692,8 triliun, melampaui target sebesar Rp678,8 triliun," ungkap Azhar, Selasa (30/1).
Sementara itu, khusus PMDN tercatat naik 21,3 persen dibandingkan dengan 2016 yang sebesar Rp216,2 triliun. Secara keseluruhan, realisasi investasi pada 2017 lalu lebih tinggi 13,1 persen dari tahun sebelumnya yang hanya Rp612,8 triliun.
"Realisasi investasi ini menyerap tenaga kerja Indonesia mencapai 1.176.353 orang yang terdiri dari proyek PMDN sebanyak 409.001 orang dan proyek PMA sebanyak 767.352 orang," papar Azhar.
Lebih lanjut ia merinci, seluruh investasi PMDN dan PMA ini menyebar di beberapa daerah, seperti DKI Jakarta sebesar Rp108,6 triliun, Jawa Barat sebesar Rp107,1 triliun, Jawa Timur sebesar Rp66 triliun, Banten sebesar Rp55,8 triliun, dan Jawa Tengah sebesar Rp51,5 triliun.
"Lalu dari sektor usaha listrik, gas, dan air masih paling besar. Angkanya sebesar Rp82,1 triliun," terang dia.
Selain itu, juga ada sektor pertambangan sebesar Rp79,1 triliun, industri makanan sebesar Rp64,8 triliun, industri logam, mesin, dan elektronik sekitar Rp64,3 triliun, termasuk transportasi, gudang, dan telekomunikasi sebesar Rp59,8 triliun.
Adapun, lima besar negara dari investasi PMA terdiri dari Singapura sebesar US$8,4 miliar, Jepang US$5 miliar, Tiongkok US$3,4 miliar, Hong Kong US$2,1 miliar, serta Korea Selatan sebesar US$2 miliar.
(bir)