Harga Minyak Melambung Karena Komitmen OPEC

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Jumat, 02 Feb 2018 07:16 WIB
Harga minyak dunia menanjak pasca dirilisnya laporan hasil survei terkait penegasan komitmen pemangkasan produksi Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Harga minyak dunia menanjak pasca dirilisnya laporan hasil survei terkait penegasan komitmen pemangkasan produksi Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). (REUTERS/David Mdzinarishvili)
Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak dunia menanjak pada perdagangan Kamis (1/2), waktu Amerika Serikat (AS). Kenaikan itu terjadi pasca dirilisnya laporan hasil survei terkait penegasan komitmen pemangkasan produksi Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) di tengah produksi minyak AS yang berhasil menembus 10 juta barel per hari (bph) untuk pertama kalinya sejak 1970.

Dilansir dari Reuters, Jumat (2/2), harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April naik US$0,76 atau 1,1 prsen menjadi US$69,65 per barel.

Lonjakan harga juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret sebesar US$107 atau 1,7 persen menjadi US$65,8 per barel.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Kedua harga ditutup di level tertingginya sejak Desember 2014.

Pada Januari lalu, kedua harga pembanding naik untuk lima bulan berturut-turut dengan kenaikan minyak Brent sebesar 3,3 persen dan WTI terkerek 7,1 persen. Hal ini merupakan awal yang kuat untuk harga Brent dalam lima tahun dan WTI dalam 12 tahun.

"Harga minyak naik hari ini karena OPEC kembali memperkuat komitmen untuk 2018," ujar Manajer Portofolio dan Direktur Pelaksana Tortoise Brian Kessens di Leawood, Kansas.

Berdasarkan hasil survei Reuters, produksi minyak oleh OPEC meningkat pada bulan lalu dari posisi terendah dalam delapan bulan terakhir seiring kenaikan produksi dari Nigeria dan Arab Saudi yang mengimbangi berkurangnya produksi Venezuela dan kuatnya kepatuhan terhadap kesepatan pemangkasan produksi OPEC.

"Kepatuhan OPEC di Januari telah ditingkakan namun masih ada pertanyaan yang muncul mengingat ada partisipasi yang lebih besar dari Venezuela," ujar partner Again Capital LLC John Kilduff di Newyork.

Produksi minyak di Venezuela turun di tengah krisis ekonomi. Berdasarkan survey Reuters, produksi minyak Venezuela pada Januari lalu sekitar 1,6 juta bph.

Di sisi lain, Badan Administrasi Informasi Energi AS (EIA) menyatakan produksi minyak AS telah melampaui 10 juta bph pada November untuk pertama kalinya sejak 1970.

"Kami memperkirakan produksi minyak mentah AS bakal tumbuh hampir satu juta bph lebih banyak dari tahun lalu pada 2018. Bersiaplah, karena AS berada di jalur menuju produsen minyak terbesar di dunia pada akhir tahun ini," ujar Kessens.


Selain itu, penopang pasar minyak mentah kemarin juga berasal catatan Goldman Sachs yang mengerek target harga minyaknya.

Goldman Sachs meningkatkan prediksi tiga bulan harga Brent dari US$62 menjadi US$75 dan enam bulan dari US$75 menjadi US$82,5.

Kendati demikian, berdasarkan hasil jajak pendapat Reuters Rabu (31/1) lalu, harga minyak dunia tahun ini kemungkinan akan sulit untuk berada jauh di atas US$70 per barel mengingat ada tarik menarik antara OPEC dan industri minyak shale AS. (gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER