Awali Pekan, Harga Minyak Kembali Tertekan

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Selasa, 06 Feb 2018 07:56 WIB
Harga minyak tergelincir pada perdagangan awal pekan ini, dipicu berbagai faktor, mulai dari kenaikan produksi minyak, pelemahan pasar, hingga penguatan dolar.
Harga minyak tergelincir pada perdagangan awal pekan ini, Senin (5/2) waktu Amerika Serikat (AS). Penurunan tersebut dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari kenaikan produksi minyak mentah AS, pelemahan pasar, hingga penguatan dolar baru-baru ini. (REUTERS/Sergei Karpukhin).
Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak tergelincir pada perdagangan awal pekan ini, Senin (5/2) waktu Amerika Serikat (AS). Penurunan tersebut dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari kenaikan produksi minyak mentah AS, pelemahan pasar, hingga penguatan dolar baru-baru ini.

Dilansir dari Reuters, Selasa (6/2), harga minyak mentah berjangka Brent merosot US$1,12 atau 1,6 persen menjadi US$67,46 per barel pada pukul 14:00 EST.

Sementara itu, harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) terjungkal US$1,53 atau 2,3 persen menjadi US$63,92 per barel.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pasar benar-benar mulai bergairah, terutama di area US$67 untuk harga Brent. Jika bisa pulih dari area tersebut, hal itu memberitahukan bahwa harga pasar kemungkinan bisa lebih tinggi. Namun hal itu juga memberitahukan bahwa periode konsolidasi dapat berlanjut," ujar Brian LaRose, analis teknis dari United-ICA.

Laporan bulanan ketenagakerjaan AS pada Jumat lalu menunjukkan pertumbuhan upah tenaga kerja tercepat dalam hampir sembilan tahun terakhir, memperburuk aksi jual di pasar yang tengah tertekan seiring pasar saham Eropa mencatatkan rekor tertinggi dan penguatan dolar AS menyakiti harga komoditas.

Di sisi lain, tiga indeks utama Wall Street mencatatkan kerugian terbesar secara mingguan dalam dua tahun pada Jumat lalu setelah laporan terkait upah yang kuat. Indeks S&P 500 dan Dow Jones Industrial mengalami minggu terburuk sejak Januari 2016 sedangkan Nasdaq mengalami minggu terburuk sejak Februari 2016.

Indeks rata-rata Industri Dow Jones kembali melemah 1,4 persen pada perdagangan siang Senin kemarin, menambah kekhawatiran bahwa harga minyak dapat turun lebih dalam.

"Jika Anda tidak melihat tanda-tanda pasar ekuitas mendapatkan pijakan, itu merupakan angin yang tidak menguntungkan untuk sektor energi secara keseluruhan," imbuh LaRose.

Pasar fisik minyak mentah telah menurun dalam beberapa minggu terakhir seiring harga minyak Laut Utara mencapai titik terendahnya untuk delapan bulan. Sementara itu, minyak mentah Laut Ural Rusia berpindah tangan di level terendahnya dalam setahun, pekan lalu.

Di sisi lain, perawatan dan perubahan pada kilang minyak tengah berlangsung, dan bisa mempengaruhi permintaan minyak metah. Motiva Entreprises LLC MOTIV UL, kilang minyak AS terbesar, mulai melaksanakan rencana pemeriksaan sebulan pada Senin kemarin untuk unit pemrosesan minyak mentah utama dengan kapasitas 630 ribu barel per hari di Port Arthur, Texas.

Harga minyak yang baru-baru menembus level tertingginya dalam hampir tiga tahun terakhir, telah tertekan oleh kenaikan produksi minyak mentah AS yang dapat mengancam upaya Organisasi Negara Pengekspor Minyak untuk menopang harga melalu kesepakatan pemangkasan produksinya.

Arab Saudi pada akhir pekan lalu menyatakan telah memangkas harga penjualan resmi minyak mentahnya kepada konsumen dari Eropa.

Data pemerintah AS pekan lalu menunjukkan kenaikan produksi minyak mentah di atas 10 juta barel per hari (bph) pada bulan November 2017 untuk pertama kalinya sejak 1970.

Selain itu, perusahaan energi AS menambah rig minyak untuk minggu kedua secara berturut-turut pekan lalu. (lav)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER