Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak dunia terjerembab sepanjang pekan lalu dipicu oleh kekhawatiran terhadap kenaikan pasokan minyak mentah dunia.
Harga minyak mentah berjangka Brent turun hampir sembilan persen secara mingguan pada pekan lalu. Sementara, harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat (AS) West Texas Intermediate (WTI) merosot 10 persen. Keduanya mengalami penurunan mingguan paling tajam sejak Januari 2016.
Dilansir dari
Reuters (12/2), kedua harga minyak berjangka telah jatuh lebih dari 11 persen sejak akhir Januari di mana harga minyak mencapai level tertinggi tahun ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Harga minyak berjangka terus tertekan selama enam hari berturut-turut, menghapus kenaikan yang terjadi sejak awal tahun dalam sesi perdagangan dengan volume tinggi. Hal itu disebabkan oleh data pasokan minyak mentah yang lebih kuat dibandingkan perkiraan dan aliran minyak yang mengejutkan di pipa Laut Utara yang sempat dihentikan operasional di awal pekan lalu.
Gejolak di pasar saham Wall Street juga menekan harga minyak mentah. Pada sesi perdagangan Jumat lalu, indeks saham S&P jatuh ke level terendah sejak 5 Oktober 2017, kendati berhasil pulih di akhir sesi perdagangan dan membuat harga minyak berhasil loncat dari level terendah.
Secara harian, harga minyak berjangka AS WI turun US$1,95 atau 3,2 persen menjadi US$59,20 per barel, harga penutupan terendah sejak 22 Desember 2017. WTI sempat tertekan ke level terendah US$58,07 dalam sesi perdagangan akhir pekan lalu. Lebih dari 845 ribu kontrak berpindah tangan, di atas rata-rata harian volume perdagangan.
Sementara itu, harga Brent jatuh US$2,02 atau 3,1 persen menjadi US$62,79 per barel, harga penutupan terendah sejak 13 Desember 2017.
"Tidak pernah hanya disebabkan oleh satu pasar yang mengempaskan pasar seperti ini. Ini disebabkan oleh beberapa faktor," ujar Presiden Ritterbusch & Associates Jim Ritterbusch.
Perusahaan layanan perminyakan Baker Hughes menyatakan total rig di darat
(onshore) naik 26 menjadi 791, tertinggi sejak April 2015 dan merupakan kenaikan mingguan terbesar dalam setahun. Pengebor telah menambah rig seiring terjadinya reli kenaikan harga selama pertengahan Januari.
Seorang sumber
Reuters mengatakan bahwa Volume minyak mentah di pipa Laut Utara terus meningkat lebih cepat daripada perkiraan menyusul pengoperasian kembali.
Investor telah khawatir pada kenaikan produksi minyak mentah AS akan membuat upaya OPEC dan negara produsen minyak lain untuk memangkas pasokan menjadi sia-sia.
Produksi minyak mentah AS meningkat menjadi 10,25 juta barel per hari berdasarkan data minggu yang dirilis baru-baru ini, jika terkonfirmasi maka akan menjadi sebuah rekor baru. Data Baker Hughes memperkirakan masih akan ada tambahan pasokan lebih banyak dalam beberapa bulan ke depan.
Kamis lalu, Iran yang merupakan salah satu anggota OPEC mengumumkan rencana untuk meningkatkan produksi selama empat tahun ke depan sebesar setidaknya 700 ribu barel per hari.
"Kami pikir kenaikan pasokan dan perlambatan pertumbuhan permintaan bakal membuat pasar kembali pada kondisi surplus tahun ini," ujar Analis Capital Economics dalam catatannya.
(agi/agi)