Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan Sri Mulyani mengaku akan mengupayakan defisit neraca perdagangan yang terjadi di Januari ini tak berkembang menjadi risiko bagi perekonomian Indonesia ke depan dan menggerus cadangan devisa negara.
Berdasarkan catatan BI, pada bulan Januari lalu, cadangan devisa Indonesia berhasil mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah, yakni sebesar US$131,98 miliar.
Pemerintah, menurut Sri Mulyani akan menyiapkan sejumlah mitigasi guna mengantisipasi dampak kemungkinan berlanjutnya peningkatan impor yang menjadi penyebab defisit perdagangan. Mitigasi, menurut dia, antara lain dilakukan dengan menggenjot kinerja ekspor dan meningkatkan arus modal yang masuk ke Indonesia
(capital inflow).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemampuan Indonesia dalam ekspor dan meningkatkan
capital inflow menjadi penting supaya defisit yang berasal dari impor ini tidak menimbulkan presepsi mengenai eksternal risk kita," jelas Sri Mulyani di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kamis (15/2).
Sri Mulyani menjelaskan, peningkatan impor yang menjadi sumber defisit neraca perdagangan tak selalu negatif. Menurut dia, kenaikan impor yang terutama terjadi pada barang modal dan bahan baku justru seharusnya menjadi indikator bahwa sektor manufaktur dan investasi dalam negeri sedang bergeliat.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), impor bahan baku dan penolong di bulan Januari 2018 tercatat US$11,29 miliar atau mengambil 74,58 persen dari total impor sebesar US$15,13 miliar. Sementara itu, dengan nilai impor US$2,49 miliar, impor barang modal mengambil bagian 16,48 persen dari total impor.
"Satu sisi, defisit ini menggambarkan impor yang meningkat lebih tajam dan itu merefleksikan kebutuhan dalam negeri yang dibutuhkan untuk produksi, baik dalam bentuk bahan baku maupun barang modal," paparnya.
Sementara itu, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan bahwa kenaikan impor memang tidak bisa dihindari lantaran harga minyak dunia yang terus meningkat. Maka dari itu, tak heran jika nilai impor migas naik 16,93 persen dari US$1,83 miliar di Januari tahun lalu menjadi US$2,14 miliar di periode yang sama tahun ini.
Meski impor naik, menurut dia, total ekspor Indonesia juga meningkat 7,86 persen secara tahunan. "Year-on-year kan masih terjadi kenaikan," ungkap dia.
Berdasarkan data BPS, ekspor Indonesia pada bulan Januari tercatat US$14,46 miliar, sedangkan impor tercatat di angka US$15,13 miliar. Dengan demikian, ndonesia mengalami defisit neraca perdagangan sebesar US$676,9 juta.
(agi/agi)