Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) diprediksi akan menaikkan suku bunga acuan (7 Days Reverse Repo Rate/7DRRR) pada kuartal IV 2018 sebesar 25 basispoin (bps) menjadi 4,5 persen.
Chief Economist PT Bank UOB Indonesia Enrico Tanuwidjaja memproyeksi kenaikan 25 basis poin pada kuartal empat salah satunya karena ada ancaman inflasi yang cukup tinggi di semester kedua tahun 2018.
Pasalnya, kata Enrico, kebutuhan konsumsi domestik akan meningkat seiring hadirnya beberapa gelaran besar pada semester dua tahun ini. Sebut saja Asian Games 2018, pertemuan tahunan International Monetary Fund-World Bank (IMF-WB) di Bali, dan Pemilihan Kepala Daerah Serentak di 171 daerah di Indonesia.
"Menurut saya (kenaikan) 25 bps adalah kebijakan yang cukup konsisten, ada ancaman inflasi yang banyak terlihat di second half," terang Enrico di Jakarta, Kamis (22/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, faktor eksternal yang memungkinkan BI menaikan kembali suku bunganya ialah adanya rencana bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve menaikan suku bunganya (Fed Fund Rate/FFR) sebanyak empat kali tahun ini.
Ia menilai dengan rencana The Fed menaikan suku bunga acuannya sebanyak empat kali membuat BI tidak memungkinkan untuk kembali menurunkan suku bunganya.
"Secara eksternal Indonesia punya gap sudah narrow (sempit), untuk stay (suku bunga acuan di 4,25 persen) masih mungkin, tapi tekanan sudah harus naik," terang dia.
Sebelumnya, BI menetapkan, suku bunga acuan tetap di angka 4,25 persen pada Februari ini. Suku bunga simpanan (deposit ficility) dan suku bunga pinjaman (lending facility) masing-masing juga dipertahankan masing-masing sebesar 3,5 persen dan 5,0 persen.
"Kami memutuskan untuk mempertahankan 7DRRR tetap 4,25 persen. Berlaku efektif sejak 19 Februari 2018," ujar Gubernur BI Agus D.W Martowardojo saat konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) di kantornya, Kamis (15/2) lalu.
(lav/bir)