Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, penyaluran kredit pada Januari 2018 tumbuh sebesar 7,4 persen (yoy), melambat dibandingkan posisi Desember 2017 sebesar 8,24 persen (yoy).
Kepala Departemen Stabilitas Sistem Keuangan, Rendra Idris menyebut, perlambatan kredit terutama terjadi pada sektor pertambangan.
"Kalau harga-harga terkait pertambangan turun, pasti kegiatan berkurang dan kebutuhan pembiayaan berkurang, akibatnya kredit yang disalurkan berkurang," papar Rendra, Kamis (1/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Rendra, harga komoditas pertambangan sebenarnya sudah mulai bangkit sejak tahun 2017. Namun, kenaikan harga tidak langsung menaikan penyaluran kredit di sektor tersebut. Pasalnya, perusahaan berbasis pertambangan perlu menyesuaikan terlebih dahulu.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Komisioner Pengaturan dan Pengawasan Terintegrasi Yohannes Santoso Wibowo menuturkan, perlambatan kredit di Januari juga terjadi seiring dengan banyak debitur yang melunasi kredit.
"Sektor yang turun pertambangan dan perkebunan, karena mereka sedang pemulihan," ucap Santoso.
Lebih lanjut, Santoso menyebut penurunan pertumbuhan kredit ini dibarengi dengan kenaikan rasio kredit bermasalah
(Non Performing Loan/NPL) gross menjadi 2,86 persen dari bulan Desember 2017 yang hanya 2,59 persen.
"Karena kan banyak yang melunasi, sehingga pembaginya turun, misalnya, tadinya pembagi 1.000 sekarang 900 sehingga naik NPL nya," sambung Santoso.
Namun demikian, OJK tetap menargetkan pertumbuhan kredit berkisar 10 persen sampai 12 persen hingga akhir tahun 2018. Hal itu disebabkan, pemerintah optimis dengan pertumbuhan ekonomi dalam negeri di angka 5,4 persen pada tahun ini.
Sementara itu, Rendra menuturkan, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan pada Januari 2018 juga turun hanya 8,36 persen. Padahal, pertumbuhan DPK perbankan pada Desember 2017 sebesar 9,35 persen.
Berdasarkan data perkembangan uang BI, hingga Januari 2018, kredit yang disalurkan perbankan mencapai Rp4.661 triliun. Berdasarkan jenis penggunaannya, perlambatan terutama terjadi pada Kredit Modal Kerja (KMK) yang hanya tumbuh 7,2 persen (yoy), melambat dibanding bulan sebelumnya 8,3 persen (yoy).
Kredit Investasi (KI) dan Kredit Konsumsi (KK) juga tumbuh melambat dari masing-masing sebesar 4,8 persen (yoy) dan 11 persen (yoy) pada Desember 2017 menjadi 4,6 persen (yoy) dan 10,4 persen (yoy).
(agi)