Pengusaha Dukung Pemerintah Tahan Harga BBM dan Listrik

SAH | CNN Indonesia
Rabu, 07 Mar 2018 10:56 WIB
Kendati mendukung harga BBM dan tarif listrik tak naik, pengusaha meminta harga batu bara DMO sebesar US$80 per ton, di atas permintaan PLN US$60 per ton.
Kendati mendukung harga BBM dan tarif listrik tak naik, pengusaha meminta harga batu bara DMO sebesar US$80 per ton, di atas permintaan PLN US$60 per ton. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kamar Dagang dan Industri mendukung kebijakan pemerintah untuk tidak menaikan harga listrik dan Bahan Bakar Minyak (BBM) hingga tahun 2019 mendatang.

Ketua Umum Kadin Rosan Perkasa Roeslani menyebut, dunia usaha terutama industri membutuhkan harga-harga kebutuhan produksi yang rendah, salah satunya listrik. Selama ini, menurut dia, biaya listrik, sangat berpengaruh terhadap total biaya tetap (fixed cost) industri.

"Kalau industri mau tumbuh, harga dasar-dasarnya itu mustinya bagus. Gas dan listrik itu (harganya) harus di bawah supaya fix cost-nya tidak tambah naik," kata Rosan di Menara Kadin, Jakarta, Selasa (6/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rosan pun mengapresiasi keputusan pemerintah untuk tak menaikkan harga BBM dan tarif listrik. Selain berdampak pada biaya listrik industri, hal tersebut juga berdampak pada daya beli masyarakat.


"Kami melihat begini, kebijakan itu harus beradaptasi terhadap perkembangan dunia juga dan saya yakin pemerintah sudah melihat ini dari segala sisi kepentingan," kata Rosan.

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan tidak akan menaikkan harga Bahan Bakar Mineral (BBM) berupa solar dan premium serta tarif listrik hingga akhir 2019. Hal ini dilakukan untuk menjaga daya beli masyarakat yang masih belum pulih

Ingin Harga Batu Bara US$75 Per Ton

Kendati sepakat tarif listrik tak naik, pengusaha menurut Rosan, dapat menerima harga batu bara domestik (DMO) untuk pembangkit listrik PLN jika ditetapkan sebesar US$75 per ton. Adapun PLN sebelumnya berharap harga batu bara DMO ditetapkan sebesar US$60.


"Memang PLN mau US$60, pengusaha mau US$80. Kalau US$75 mereka masih oke, karena kan adanya harga kewajiban pemenuhan kebutuhan domestik (Domestic Market Obligation/DMO) yang harus dijual di lokal buat kami. Ini untuk kepentingan PLN supaya neracanya jebolnya tidak besar," kata Rosan.

Batubara merupakan sumber energi primer terbesar dalam bauran energi pembangkit listrik di Indonesia. Tahun lalu, porsi batubara mencapai 57,22 persen dari total seluruh bauran energi primer. Setelah itu, baru disusul oleh gas yang porsinya sebesar 24,82 persen.

Kenaikan harga batu bara yang terjadi belakangan ini di tengah tak naiknya tarif listrik membebani neraca keuangan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). PLN bahkan memperkirakan neraca perseroan dapat tergerus hingga Rp21 triliun jika tarif listrik tak naik dan harga batu bara tak turun.

Sejak tahun lalu, harga batubara relatif menanjak. Pada Maret 2018, Harga Acuan Batubara (HBA) ditetapkan pemerintah sebesar US$101,96 per ton meningkat dibandingkan bulan lalu, US$100,69 per ton. (agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER