Properti Lesu, Hunian Kelas Kakap Tetap Laris

Agustiyanti | CNN Indonesia
Minggu, 11 Mar 2018 17:12 WIB
Pertumbuhan penjualan properti pada sepanjang 2017 tercatat mengalami perlambatan. Namun, penjualan apartemen mewah justru diklaim pengembang, cukup laris.
Pertumbuhan penjualan properti pada sepanjang tahun lalu tercatat mengalami perlambatan. Namun, penjualan apartemen mewah justru diklaim pengembang, cukup laris. (CNN Indonesia/Hesti Rika)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pertumbuhan penjualan properti pada sepanjang tahun lalu tercatat mengalami perlambatan dibanding tahun sebelumnya. Kendati demikian, pengembang menilai tak seluruh penjualan melesu, meski konsumen memang lebih menahan diri atau wait and see di tahun lalu.

Survei harga properti residensial Bank Indonesia mencatat, pertumbuhan penjualan properti pada kuartal IV 2017 hanya tumbuh 3,05 persen secara kuartalan (quater-to-quarter/q-to-q). Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibanding periode yang sama tahun 2016 sebesar 5,06 persen (q-to-q).

Pertumbuhan penjualan properti yang melambat tersebut, turut mendorong melambatnya pertumbuhan harga properti residensial di tahun lalu. Namun, pertumbuhan harga yang masih cukup bagus tercatat terjadi pada rumah tipe menengah dan besar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi PT Intiland Development Tbk (DILD) Archied Noto Pradono menuturkan, daya beli masyarakat sebenarnya tak melesu. Namun, sebagian masyarakat memang memilih untuk menahan diri, terutama untuk membeli properti. Untuk itu, keinginan masyarakat membeli properti, butuh dipancing.

"Harus pintar-pintar dan jeli menawarkan suplai. Kadang permintaan bisa terbentuk kalau suplainya bagus. Properti kadang kalau kami berikan suplai yang bagus, orang langsung melihat itu sebagai sebuah kebutuhan," ujar Archied Noto Pradono kepada CNNIndonesia.com, baru-baru ini.


Kendati secara keseluruhan permintaan properti cukup lesu, pihaknya justru berhasil mencatatkan penjualan yang bagus pada produk residensial mewah, Fifty Seven Promenade di tahun lalu.

Sekretaris Perusahaan Intiland Theresia Rustandi mengaku sempat kaget melihat capaian penjualan perseroan pada proyek apartemen tersebut. Pasalnya, perusahaan sempat ragu membangun proyek apartemen mewah melihat kondisi properti yang tengah lesu.

"Semula kami tidak mau bangun banyak yang tiga kamar tidur. Tapi Pak Hendro (direktur utama) yakin dan malah ditambah. Begitu kami rilis, yang habis duluan yang tiga kamar tidur seharga Rp10 miliar," ungkap dia.


Hal tersebut, menurut Theresia, menunjukkan pasar properti masih bergeliat, tetapi konsumen cenderung lebih pemilih saat membeli produk. Apartemen Fifty Seven Promenade sendiri diklaim dia, selain mewah, juga memiliki lokasi yang sangat strategis karena terletak tak jauh dari Bundaran Hotel Indonesia.

Tahun ini, perusahaan optimis pra penjualan (marketing sales) dapat mencapai sekitar Rp3,7 triliun hingga Rp3,8 triliun. Angka tersebut naik di banding tahun lalu, yang berada di kisaran Rp3,3 triliun.

Perusahaan pun berencana membangun dua proyek apartemen baru di Jakarta dan satu proyek apartemen di Surabaya pada tahun ini.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER