
Holding Migas, Aset Pertamina Ditaksir Bertambah Rp78 Triliun
Safyra Primadhyta, CNN Indonesia | Rabu, 14/03/2018 18:42 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memperkirakan pembentukan induk usaha minyak dan gas (Holding migas) dapat menggelembungkan aset PT Pertamina (Persero) sekitar Rp78 triliun.
Hal itu bisa terjadi setelah konsolidasi keuangan dengan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.
"Konsolidasi ada proses. Aset Pertamina akan bertambah Rp78 triliun dari kajian bersama," ujar Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Rabu (14/3).
Fajar mengungkapkan secara umum pembentukan holding bakal menjadikan neraca keuangan kedua perusahaan menjadi lebih baik. Pada 2016, total aset Pertamina mencapai US$47,2 miliar atau lebih dari Rp600 triliun.
Proses konsolidasi keuangan baru bisa dilakukan setelah proses pengalihan 13,8 miliar lembar saham seri B pemerintah dari PGN ke Pertama rampung.
Rencananya, akta pengalihan saham tersebut rampung pekan ini. Setelah itu, Pertamina bakal menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk membahas penetapan perubahan nomenklatur perusahaan paling lambat minggu depan.
Anggota Komisi VI DPR Rieke Diah Pitaloka menilai pembentukan holding migas sebaiknya dievaluasi kembali. Bahkan, ia meminta Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2018 yang menjadi dasar pembentukan holding dicabut. Pasalnya, lanjut Rieke, kinerja PGN terus melempem selama beberapa tahun terakhir.
Berdasarkan informasi dari manajemen, penurunan kinerja terjadi akibat dari biaya operasi dan investasi yang membengkak. Pembengkakan biaya salah satunya bersumber dari fasilitas unit penampungan dan regasifikasi (Floating Storage Regasification Unit (FSRU) Lampung yang tidak bisa beroperasi maksimal.
"Ada peningkatan aset (PGN) yang besar di 2012-2016, tapi laba usaha perusahan justru mengalami penurunan. Kondisi seperti ini anda mau menimpakan persoalan kepada Pertamina?" ujar anggota Fraksi PDI-P ini.
Sebagai catatan, sepanjang tahun lalu, PGN mencetak laba bersih sebesar US$143,1 juta atau merosot lebih dari 50 persen dari pencapaian tahun sebelumnya, US$304 juta. (lav/bir)
Hal itu bisa terjadi setelah konsolidasi keuangan dengan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.
"Konsolidasi ada proses. Aset Pertamina akan bertambah Rp78 triliun dari kajian bersama," ujar Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Rabu (14/3).
Lihat juga:DPR: PP Holding Migas Terancam Digugat |
Fajar mengungkapkan secara umum pembentukan holding bakal menjadikan neraca keuangan kedua perusahaan menjadi lebih baik. Pada 2016, total aset Pertamina mencapai US$47,2 miliar atau lebih dari Rp600 triliun.
Proses konsolidasi keuangan baru bisa dilakukan setelah proses pengalihan 13,8 miliar lembar saham seri B pemerintah dari PGN ke Pertama rampung.
Rencananya, akta pengalihan saham tersebut rampung pekan ini. Setelah itu, Pertamina bakal menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk membahas penetapan perubahan nomenklatur perusahaan paling lambat minggu depan.
Anggota Komisi VI DPR Rieke Diah Pitaloka menilai pembentukan holding migas sebaiknya dievaluasi kembali. Bahkan, ia meminta Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2018 yang menjadi dasar pembentukan holding dicabut. Pasalnya, lanjut Rieke, kinerja PGN terus melempem selama beberapa tahun terakhir.
Berdasarkan informasi dari manajemen, penurunan kinerja terjadi akibat dari biaya operasi dan investasi yang membengkak. Pembengkakan biaya salah satunya bersumber dari fasilitas unit penampungan dan regasifikasi (Floating Storage Regasification Unit (FSRU) Lampung yang tidak bisa beroperasi maksimal.
"Ada peningkatan aset (PGN) yang besar di 2012-2016, tapi laba usaha perusahan justru mengalami penurunan. Kondisi seperti ini anda mau menimpakan persoalan kepada Pertamina?" ujar anggota Fraksi PDI-P ini.
Sebagai catatan, sepanjang tahun lalu, PGN mencetak laba bersih sebesar US$143,1 juta atau merosot lebih dari 50 persen dari pencapaian tahun sebelumnya, US$304 juta. (lav/bir)
ARTIKEL TERKAIT

Pertamina Diperkirakan Butuh Tambahan Subsidi LPG Rp1,6 T
Ekonomi 1 tahun yang lalu
DPR: PP Holding Migas Terancam Digugat
Ekonomi 1 tahun yang lalu
Kelangkaan Premium di Riau Diduga Jelang Pilkada
Ekonomi 1 tahun yang lalu
Harga BBM Tak Naik, Pertamina Bakal Lanjutkan Efisiensi
Ekonomi 1 tahun yang lalu
Holding Migas, Saham PGN Diserahkan ke Pertamina Akhir Pekan
Ekonomi 1 tahun yang lalu
Subsidi Solar Pertamina Bakal Naik Rp1.000 per Liter
Ekonomi 1 tahun yang lalu
BACA JUGA

Ahok Jadi Komut Pertamina, Fadli Zon Sebut Orang Bermasalah
Nasional • 26 November 2019 23:08
Gerindra Sebut Ahok Tak Bakal Bawa Perubahan di Pertamina
Nasional • 25 November 2019 08:35
Mahfud MD Sebut Tak Ada Masalah Hukum Ahok di BUMN
Nasional • 24 November 2019 07:52
PKS Ragukan Ahok di Bidang Energi, NasDem Dorong Belajar
Nasional • 24 November 2019 00:49
TERPOPULER

Rumus Berhitung Tagihan Listrik Agar Tak Kaget Seperti Nikita
Ekonomi • 1 jam yang lalu
Patrice Motsepe, Orang Kaya Pertama dari Afrika Selatan
Ekonomi 2 jam yang lalu
BPH Migas Gandeng Sumsel Awasi BBM Subsidi
Ekonomi 2 jam yang lalu