Jakarta, CNN Indonesia -- Tiga saham berkapitalisasi raksasa berpotensi menguat dalam jangka waktu satu pekan ini, sejalan dengan peluang bangkitnya pasar modal dalam negeri pasca anjlok dalam dua pekan berturut-turut.
Kiswoyo memaparkan tiga rekomendasi saham itu berupa PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), dan PT Astra International Tbk (ASII).
Ketiganya merupakan saham berkapitalisasi besar (big capitalization/big cap) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Maklum, Unilever Indonesia, Telekomunikasi Indonesia, dan Astra International masuk dalam 10 emiten terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Analis Recapital Asset Management Kiswoyo Adi Joe menjelaskan peluang IHSG bangkit juga datang dari jelang pengumuman The Fed terkait kenaikan suku bunga acuan dalam pertemuan pejabat The Fed pada 20-21 Maret esok.
"Setelah pengumuman maka ada kepastian bagi pelaku pasar tentang suku bunga, otomatis rupiah yang selama ini melemah akan menguat dan berpengaruh ke IHSG," papar Kiswoyo kepada CNNIndonesia.com, dikutip Senin (19/3).
Seperti diketahui, pelemahan IHSG dalam beberapa waktu terakhir disebabkan oleh anjloknya nilai tukar rupiah yang mencapai Rp13.700-Rp13.800 per dolar Amerika Serikat (AS). Tak tanggung, bila dalam hitungan mingguan, koreksi IHSG mencapai dua persen.
Tak heran, seluruh indeks sektoral lunglai pada pekan lalu, khususnya sektor infrastruktur yang anjlok hingga 6,06 persen. Sementara, tiga saham yang direkomendasikan tadi juga terkoreksi sepanjang pekan lalu.
"Tiga saham itu juga sekaligus menjadi penggerak IHSG, kemarin juga saham tersebut sudah turun cukup dalam," ucap Kiswoyo.
Terpantau, saham Telkom Indonesia turun cukup dalam hingga 9,04 persen ke level Rp3.820 per saham dibandingkan dengan penutupan di awal pekan lalu di level Rp4.200 per saham.
Kemudian, saham Astra International menyusul dengan pelemahan 4,48 persen dari Rp7.800 per saham menjadi Rp7.450 per saham. Sementara itu, koreksi saham Unilever Indonesia terbilang tipis bila dibandingkan dua lainnya, yakni hanya 1,48 persen menjadi Rp49.700 per saham.
Kinerja CemerlangTidak hanya dari sisi pergerakan sahamnya, pelaku pasar juga tak perlu ragu karena ketiga emiten tersebut memiliki kinerja cukup ciamik sepanjang tahun lalu.
Berdasarkan laporan keuangan masing-masing emiten, laba bersih Astra International tumbuh 24,62 persen menjadi Rp18,88 triliun dari 2016 yang hanya Rp15,15 triliun.
Bersamaan, Telekomunikasi Indonesia membukukan laba bersih sebesar Rp22,14 triliun atau naik 14,41 persen dari Rp19,35 triliun dan laba bersih Unilever Indonesia naik 9,54 persen menjadi Rp7 triliun.
Selain itu, Kiswoyo juga memberikan rekomendasi kepada pelaku pasar untuk mencermati saham produsen kertas, yakni PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) karena pergerakan sahamnya belum mencerminkan kinerja fundamental perusahaan.
"Harga kertas kan mahal, kinerja emiten itu juga cukup baik. Tapi harga saham belum naik," jelas Kiswoyo.
Dalam satu pekan lalu saja, harga saham INKP terkoreksi 8,73 persen ke level Rp11.225 per saham dari Rp12.300 per saham. Padahal, laba bersih perusahaan pada kuartal III 2017 melejit 196,09 persen dari US$97,07 juta menjadi US$287,43 juta.
Analis Valbury Sekuritas Nico Omer Jonkheere memasukan saham pertambangan dalam daftar rekomendasi saham pekan ini. Beberapa saham tersebut antara lain PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID), PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB), dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI).
"Semuanya rekomendasi beli atau beli di harga rendah apabila bursa saham terkoreksi lagi," tutur Nico.
Sepanjang pekan lalu, saham ketiganya terpantau bergerak bervariasi. Delta Dunia dan Bumi Resources masing-masing turun 9,9 persen dan 4,69 persen. Sementara, J Resources berhasil menguat menguat meski tipis sebesar 0,84 persen ke level Rp238 per saham.
"Rekomendasi saham ini hanya berdasarkan teknikal," imbuh Nico.
Untuk pekan ini, Nico menargetkan harga saham Delta Dunia dapat mencapai level Rp1.200 per saham, Bumi Resources Rp350 per saham, dan J Resources Rp300 per saham.
(lav)