Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan Indonesia tak perlu khawatir dalam menyikapi pertemuan pemangku kebijakan moneter (Federal Open Market Committee/FOMC) yang rencananya berlangsung esok, Rabu (21/3) waktu Amerika Serikat (AS). Khususnya, yang menyangkut pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Menurut Darmin, depresiasi nilai tukar rupiah yang terjadi belakangan merupakan antisipasi dari apapun hasil FOMC nanti. Ia menilai, kalau pun nilai tukar rupiah melemah lagi, nilainya tak akan signifikan.
"Justru pelemahan (kurs) yang terjadi selama ini adalah bagian dari mempersiapkan diri dalam menghadapi perubahan. Sehingga, tidak perlu bereaksi kalau mereka naikkan lagi (suku bunga acuan The Fed)," jelasnya, Rabu (21/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia meyakini Bank Indonesia (BI) juga pasti mempersiapkan antisipasi dampak pertemuan FOMC itu terhadap nilai rupiah. "Jadi, jangan anggap ada perubahan akan besar karena pasar modal sudah menyesuaikan diri dalam beberapa bulan terakhir ini," terang Darmin.
Di akhir Februari lalu, Gubernur The Fed Jerome Powell memberi sinyal bahwa bank sentral AS kemungkinan akan menaikkan suku bunga acuan Fed Rate sebanyak lebih dari tiga kali pada tahun ini.
Hal ini akan memicu kenaikan imbal hasil instrumen investasi di AS, sehingga bisa menimbulkan arus modal keluar (capital outflow) dari Indonesia.
Jika
capital outflow (arus modal keluar) terjadi, maka permintaan rupiah bisa menyusut dan mengakibatkan kurs bergejolak.
Berdasarkan data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), nilai tukar rupiah per 21 Maret 2018 tercatat Rp13.759 per dolar atau melemah 1,6 persen dibanding posisi awal tahun, yakni Rp13.542 per dolar.
(bir)