BI Perkirakan Bunga AS Naik di Maret, Juni dan Desember

Yuli Yanna Fauzie | CNN Indonesia
Sabtu, 27 Jan 2018 08:15 WIB
Kendati memperkirakan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) bakal menaikkan bunga hingga tiga kali, BI belum bisa memberikan gambaran terkait bunga acuannya.
Kendati memperkirakan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) bakal menaikkan bunga hingga tiga kali, BI belum bisa memberikan gambaran terkait bunga acuannya. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (BI) memperkirakan, bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve akan menaikkan suku bunga acuannya (Fed Fund Rate/FFR) sebanyak tiga kali pada tahun ini.

"Kami melihat bisa tiga kali, yaitu bulan Maret, Juni, dan Desember," ujar Gubernur BI Agus D.W Martowardojo, Jumat (26/1).

Menurutnya, kenaikan pertama baru terjadi pada Maret karena kenaikan terakhir suku bunga The Fed baru terjadi pada Desember 2017 lalu. Kenaikan tersebut, juga turut mempertimbangkan normalisasi neraca perdagangan The Fed yang telah dilakukan sejak Oktober 2017.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, kenaikan pertama suku bunga tahun ini tak terlepas dari kebijakan fiskal di ekonomi AS. Proposal pajak Presiden AS Donald Trump telah diterima dan akan berlaku pada tahun ini, meski sebelumnya sempat dilakukan penghentian sementara pelayanan pemerintahan (government shutdown).

Kendati begitu, Agus belum bisa memberikan gambaran lebih lanjut mengenai suku bunga acuan BI (7 Days Reverse Repo Rate/7DRRR) dalam menghadapi tiga kali kenaikan FFR. Namun, ia memastikan, posisi 7DRRR saat ini di angka 4,25 persen sudah pada posisi yang tepat.
Kebijakan BI memang tak selalu berbanding lurus dengan The Fed. Di saat The Fed justru menaikkan suku bunga beberapa kali dalam dua tahun terakhir, BI justru melakukan hal sebaliknya. Bahkan, dalam dua tahun terakhir, 7DRRR telah dipangkas hingga 200 basis poin (bps) dengan besaran penurunan sekitar 25 bps hingga menyentuh 4,25 persen hingga Januari 2018.

"Jadi kami yakini kebijakan ini adalah sejalan untuk menjaga atau sejalan dengan terjaganya makro ekonomi dan sistem keuangan. Kami mencanangkan kebijakan suku bunga di 4,25 persen juga untuk membantu dan mempercepat pemulihan Indonesia," tekannya.
Agus menambahkan, ke depan pihaknya tak hanya melihat kenaikan suku bunga The Fed, tetapi akan memantau dan mewaspadai dampak pergerakan bank sentral negara-negara maju lainnya. Pasalnya, bank-bank sentral tersebut memiliki kecenderungan untuk menaikan suku bunga.

"Termasuk Eropa itu ada kemungkinan untuk menaikkan bunganya dan itu bisa berdampak kepada negara berkembang, termasuk Indonesia. Mungkin saja investor re-balancing, karena ada janji yang bisa diperoleh di negara maju itu," jelasnya. (agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER