Cadangan Devisa Masih Jadi Tumpuan Perry Stabilkan Rupiah

Dinda Audriene Muthmainah | CNN Indonesia
Rabu, 28 Mar 2018 19:37 WIB
Lolos fit and proper test DPR sebagai Gubernur BI, Perry Warjiyo mengaku masih akan mengandalkan cadangan devisa guna menstabilkan nilai tukar rupiah.
Lolos fit and proper test DPR sebagai Gubernur BI, Perry Warjiyo mengaku masih akan mengandalkan cadangan devisa guna menstabilkan nilai tukar rupiah. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Calon Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo masih akan mengandalkan penggunaan cadangan devisa (cadev) guna menjaga nilai tukar rupiah, setelah resmi menjabat sebagai Gubernur BI. Perry mengklaim, kondisi cadev Indonesia masih berada dalam kondisi yang sangat aman.

"Nilai tukar rupiah memang ditentukan oleh mekanisme pasar, tapi bukan berarti mekanisme pasar selalu bergerak rasional," ujar Perry, Rabu (28/3).

Menurutnya, bila nilai tukar rupiah sedang tertekan, maka BI perlu intervensi untuk menstabilkan kembali pergerakan nilai tukar. Hal itu selama ini menjadi jurus andalan BI.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Tak heran, cadev Indonesia pada Februari 2018 tercatat turun US$3,92 miliar menjadi US$128,06 miliar. Salah satu penyebab penurunan tersebut karena BI menggunakannya untuk menstabilkan kembali nilai tukar rupiah.

Maklum, rupiah di awal tahun ini terus melemah di level Rp13.700 per dolar Amerika Serikat, bahkan sempat menyentuh Rp13.800 per dolar AS.

"Jadi tidak semuanya selalu mengacu pada mekanisme pasar, untuk kondisi normal tidak apa-apa, tapi BI tidak boleh ragu untuk intervensi ketika tertekan," papar Perry.


Tak hanya melalui cadev, hal lainnya yang bisa dilakukan BI untuk menguatkan rupiah adalah dengan bekerja sama dengan pemerintah untuk mengendalikan jumlah ekspor dan impor. BI, antara lain, mengusulkan pemerintah untuk mengembangkan transportasi logistik di dalam negeri untuk meringankan biaya pengiriman barang.

"Ongkos angkut ekspor dan impor defisit US$12 miliar," ucap Perry.

Dengan kata lain, biaya angkut ekspor dan impor ke depannya bisa lebih murah jika menggunakan transportasi dalam negeri. Pasalnya, selama ini Indonesia masih menggunakan transportasi luar negeri sehingga menggunakan mata uang dolar AS. (agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER