Jakarta, CNN Indonesia --
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan kenaikan modal inti dari Rp3,33 triliun pada 2016 menjadi Rp4,99 triliun pada akhir tahun lalu. Kenaikan modal inti tersebut berasal dari dana setoran modal sebesar Rp1,66 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan publikasi perseroan yang dikutip Selasa (3/4), rasio kecukupan modal
(Capital to Adequaty Ratio/CAR) Bank Muamalat tercatat meningkat dari 12,74 persen pada 2016 menjadi 13,62 persen. Padahal, pada kuartal ketiga tahun lalu, rasio CAR Bank Muamalat hanya tercatat sebesar 11,58 persen, sedangkan total modal intinya sebesar Rp3,86 triliun.
Bank Muamalat sebelumnya berencana menambah permodalan dengan menerbitkan saham baru melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau
rights issue dengan target dana Rp4,5 triliun di akhir tahun lalu. Rencana awalnya, PT Mina Padi Sekuritas Tbk akan menjadi pembeli siaga
(standby buyer).
Untuk menunjukkan komitmennya, Mina Padi telah menyetorkan dana Rp1,7 triliun ke rekening escrow sebagai 'tanda jadi'. Escrow merupakan perjanjian legal ketika sebuah barang (umumnya berupa uang) disimpan oleh pihak ketiga, sementara menunggu isi kontrak terpenuhi. Namun, rencana tersebut gagal terealisasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati gagal mengeksekusi
rights issue Bank Muamalat, setoran dana tersebut hingga akhir Februari lalu belum ditarik oleh Mina Padi.
"Ketika tanda tangan CSSA (perjanjian jual beli bersyarat) di Oktober, kami memang langsung setorkan Rp1,7 triliun ke
escrow seminggu kemudian, semacam DP (uang muka). Itu uang investor. Saat ini, uangnya masih ada di deposito, yang jelas uangnya masih ada," ujar Direktur Utama Mina Padi Djoko Joelijanto, akhir Februari lalu.
Selain mencatatkan kenaikan CAR, Bank Muamalat hingga akhir tahun lalu juga mencatatkan peningkatan rasio pembiayaan bermasalah
(Non Performing Financing/NPF). NPF gross perseroan naik dari 3,83 persen pada 2016 menjadi 4,43 persen pada 2017, sedangkan NPF net naik dari 1,4 persen menjadi 2,75 persen.
Kendati NPF menanjak, perseroan berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp248,39 miliar, naik 1,5 kali dibanding tahun 2016 sebesar Rp100,15 miliar. Namun, kenaikan laba bersih tersebut bukan didorong oleh membaiknya kinerja perseroan, melainkan tambahan keuntungan dari revaluasi aset tetap di tahun lalu sebesar Rp210,33 miliar.
(agi)