Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Bukopin Tbk mencatatkan rasio kredit bermasalah
(Non Performing Loan/NPL) sepanjang tahun lalu membengkak hingga dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. NPL gross tercatat naik dari 3,77 persen pada 2016 menjadi 8,54 persen, sedangkan NPL net naik dari 2,79 persen menjadi 6,37 persen.
Seperti diketahui, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menetapkan ambang batas aman NPL bank sebesar 5 persen
(NPL net).Berdasarkan laporan keuangan publikasi perseroan yang dikutip pada Selasa (3/4), penyaluran kredit perseroan secara individual
(bank only) tercatat sebesar Rp67,58 triliun, hanya naik 3 persen dibandingkan 2016 lalu yang sebesar Rp65,59 triliun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan total penyaluran kredit tersebut, NPL gross perseroan secara nominal naik dari Rp2,47 triliun menjadi Rp5,77 triliun. Sedangkan NPL net naik dari Rp1,83 triliun menjadi Rp4,18 triliun.
Selain NPL yang membengkak, rasio kecukupan modal
(Capital to Adequaty Ratio/CAR) Bukopin tercatat susut dari 11,37 persen menjadi 10,51 persen. Rasio kecukupan modal tersebut juga berada di bawah rasio yang selama ini diwanti-wanti OJK, yakni sebesar 11 persen.
Secara nominal, modal inti Bukopin tergerus dari Rp6,5 triliun menjadi Rp5,18 triliun. Sementara itu, total modal perseroan turun dari Rp9,2 triliun menjadi Rp7,94 triliun.
Kendati mencatatkan kenaikan NPL dan penurunan modal, Bukopin masih membukukan laba bersih pada sepanjang tahun lalu sebesar Rp133,6 miliar. Laba tersebut turun dibanding tahun 2016 sebesar Rp172,46 miliar.
(agi/bir)