Jakarta, CNN Indonesia --
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengaku telah berkomunikasi lebih dulu dengan forum perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia dengan Uni Eropa (I-EU CEPA), sebelum memutuskan mengibarkan bendera perang dagang dengan Uni Eropa akibat pelarangan impor
minyak kelapa sawit dan produk turunannya.
Komunikasi dengan forum I-EU CEPA ini dilakukan agar Indonesia bisa mendapat masukan terkait langkah perdagangan internasional yang adil dan tak merugikan salah satu pihak.
Bahkan, komunikasi dengan I-EU CEPA telah dilangsungkan sebelum Enggar meminta restu ke Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) untuk mengibarkan bendera perang dagang dengan negara-negara di kawasan Uni Eropa itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami sebagai bagian dari I-EU CEPA, kami minta masukan dari situ mengenai fair trade (sistem perdagangan antar negara yang adil). Makanya, kami tadi juga bicarakan dengan Wapres JK," ujarnya di kantornya, Senin (9/4).
Kendati demikian, Enggar belum menjelaskan lebih rinci hasil komunikasinya dengan I-EU CEPA. Namun, dengan telah menyatakan diri siap mengibarkan bendera perang dagang dengan Uni Eropa, keputusan pemerintah cukup bulat.
"Kalau mereka (Uni Eropa) berkeras, saya minta izin sebagai tim perunding punya mandat untuk itu (balas larangan)," katanya.
Berdasarkan kajian sementara, Enggar bilang, pemerintah Indonesia bisa saja membalas rencana Uni Eropa itu dengan melarang impor produk perikanan mereka. Tak cuma itu, ia bahkan mempertimbangkan untuk menghentikan pembelian pesawat terbang dengan perusahaan Airbus dan Boeing yang berasal dari Eropa.
"Kami kasih
warning (peringatan) saja. Kalau misalnya kami diganggu, kami juga bisa lakukan," tekannya.
Bahkan, sambung dia, pemerintah Indonesia juga akan mengajak Malaysia, sesama negara produsen CPO terbesar di dunia untuk menghadapi rencana larangan impor dari Uni Eropa.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), total nilai impor Indonesia mencapai US$14,21 miliar pada Februari 2018. Dari jumlah tersebut, sebanyak US$1,02 miliar atau 7,17 persen dari total impor berasal dari Uni Eropa.
Meski begitu, jumlah impor dari seluruh negara di kawasan Uni Eropa masih kalah dibanding impor dari tiga sumber impor utama Indonesia, yaitu China mencapai US$3,51 miliar, ASEAN US$2,51 miliar, dan Jepang US$1,36 miliar.
(bir)