Jakarta, CNN Indonesia --
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mengaku membuka pintu kepada pemerintah dan bank BUMN agar mau menyuntikkan modal kepada bank murni syariah pertama di Indonesia itu.
Direktur Utama Bank Muamalat Achmad K Permana menilai suntikan modal itu tak hanya menguntungkan bisnis perusahaan lantaran mendapatkan tambahan modal. Namun, juga jadi momentum yang tepat untuk meningkatkan peran dari pemerintah dan bank BUMN untuk membesarkan industri perbankan syariah di Indonesia.
Dengan begitu, seluruh pihak ikut ambil peran dalam mengembangkan pertumbuhan industri bank syariah. Apalagi, Bank Muamalat bisa dikatakan sebagai salah satu pemain penting dalam bisnis syariah di Tanah Air.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini momentum yang bagus kalau lokal investor, apalagi kalau bisa masuk dari pemerintah. Ini momentum yang sangat tepat," ujarnya di Gedung DPR, Rabu (11/4).
Permana mengklaim komunikasi dengan pemerintah melalui perbankan pelat merah sudah terjadi, yaitu para induk bank BUMN.
Sayangnya, ia belum ingin buka suara, bank mana yang akan bergandengan dengan Bank Muamalat dan memberikan asupan modal, apakah bank BUMN langsung atau anak-anak usahanya. Pasalnya, masing-masing bank pelat merah konvensional memiliki lini bisnis di sektor syariah, yaitu tiga bank umum syariah dan satu berupa Unit Usaha Syariah (UUS).
"Pembicaraan sudah ada dari BUMN, dari bank, dari induk, dari pemegang saham. Kalau mereka mau masuk, bisa langsung (lini bisnis syariah masing-masing bank pelat merah). Mekanismenya bisa juga lewat induk, bisa masuk melalui rights issue," jelasnya.
Kendati begitu, Permana menampik kabar bila nanti ada potensi Bank Muamalat mendapat suntikan modal dari pemerintah dan bank BUMN, maka akan diikutsertakan ke dalam pembentukan induk (holding) di sektor jasa keuangan, seperti yang saat ini tengah dibentuk oleh pemerintah.
"Mekanisme (pembicaraannya) belum sampai situ. Yang penting, ini penguatan modal dulu agar bisa ekspansi," tekannya.
Sementara, untuk ketertarikan investor yang tergabung dalam konsorsium bersama PT Mina Padi Sekuritas Tbk, Permana bilang, sebagian dari mereka masih tertarik dengan Bank Muamalat. Meski, eksekusi penyuntikan modal yang sudah diberikan senilai Rp1,7 triliun ke rekening escrow sebagai 'tanda jadi' terhenti di tangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Kan mereka konsorsium, ada beberapa yang stay (masih bertahan) karena masih minat terus, ada yang ditarik juga (investor lain)," jelasnya.
Terlepas dari siapa investor baru Bank Muamalat nanti, ia menambahkan kebutuhan modal untuk jangka pendek tetap sebesar Rp4,5 triliun agar bisnis bank bisa segera dikembangkan, baik untuk mengatasi pembiayaan yang bermasalah (Nonperforming Financing/NPF) maupun ekspansi bisnis dengan memberikan pembiayaan baru.
Sayang, ia enggan merinci, berapa porsi yang dibutuhkan bank untuk memperbesar ekspansi dan untuk membenahi pembiayaan yang bermasalah itu.
(bir)