Jakarta, CNN Indonesia -- Kekhawatiran konsumen Indonesia terhadap resesi ekonomi meningkat. Hal itu menyebabkan konsumen melakukan penghematan, dan cenderung menaruh dana cadangan untuk menabung atau berinvestasi di produk keuangan.
Hal ini tercermin dari hasil survei dalam laporan Indeks Kepercayaan Konsumen Indonesia Kuartal IV 2017 yang diterbitkan Nielsen Indonesia di Jakarta, Selasa (11/4).
Managing Director Nielsen Indonesia Agus Nurudin menyampaikan bahwa sebanyak 53 persen konsumen berpendapat Indonesia akan mengalami resesi ekonomi. Angka itu lebih tinggi dari persentase konsumen pada kuartal sebelumnya yang hanya 47 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hal ini (kekhawatiran resesi) perlu menjadi perhatian dan pemerintah perlu menemukan cara untuk mengembalikan positivitas konsumen," katanya, Selasa (11/4).
Sejumlah isu yang menjadi kekhawatiran terbesar masyarakat antara lain, kondisi ekonomi, toleransi antar umat beragama, dan stabilitas politik. Sama seperti periode sebelumnya, isu kesejahteraan keluarga, terorisme, kriminal, kesehatan, dan pemanasan global masih menjadi bahan pembahasan.
Hal paling menarik, masyarakat memiliki kekhawatiran terhadap peningkatan biaya hidup seperti biaya listrik, gas, bahan bakar minyak, dan lainnya. Hal itu tak muncul pada periode sebelumnya.
Untuk itu, konsumen menjalankan strategi menghemat pengeluaran. Dari hasil survei, hampir 49 persen konsumen memilih mengurangi belanja baju baru, mengurangi biaya hiburan, menunda pembelian gadget berteknologi baru, mengurangi biaya berlibur, dan pembelian makanan siap antar.
Pada akhir tahun lalu, menabung dan berinvestasi masih selalu menjadi pilihan utama konsumen untuk menggunakan dana cadangan. Sebanyak 67 persen konsumen memilih untuk mengalokasikan dana cadangannya untuk menabung, 44 persen memilih untuk berlibur, dan 33 persen memilih berinvestasi di saham atau reksa dana.
Sisanya, konsumen memilih menghabiskan dananya untuk hiburan, kebutuhan rumah tangga, produk berteknologi tinggi, pakaian baru, membayar utang, membayar premi asuransi, dan dana cadangan.
Untuk diketahui, Indeks Kepercayaan Konsumen Indonesia pada kuartal IV 2017 tercatat menurun menjadi 125 dari periode tiga bulan sebelumnya di angka 127. Indonesia berada di urutan ketiga setelah Filipina (131), dan India (130). Namun lebih baik dari China, Vietnam, dan Thailand.
Tiga indikator penentu indeks antara lain prospek lapangan kerja, kondisi keuangan pribadi, dan intensi berbelanja. Komponen lapangan kerja terlihat menurun, dipicu kondisi industri ritel yang melesu pada akhir tahun lalu.
"Masyarakat menyikapi penutupan beberapa gerai ritel seperti Seven Eleven, dan lainnya. Beberapa pemberitaan soal kondisi ritel cukup berdampak pada level kepercayaan diri konsumen," paparnya.
Di sisi lain, kondisi keuangan pribadi tercatat stabil dengan kecenderungan menabung dan berinvestasi di produk finansial. Hal yang menarik terjadi pada intensi berbelanja konsumen yang meningkat tipis.
Survei kepercayaan konsumen dilakukan oleh The Conferenece Board Global bekerja sama dengan Nielsen yang dilaksanakan pada periode 8-23 November 2017. Perusahaan mensurvei sekitar 32.000 konsumen online di 64 negara di seluruh Asia Pasifik, Eropa, Amerika Latin, Timur Tengah, dan Afrika.
Survei dilakukan dalam jejaring
(online) dengan sampel probabilitas ukurang setara memiliki margin kesalahan sekitar 0,6 persen di tingkat global.
(lav)