Jakarta, CNN Indonesia --
PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mengaku kenaikan
modal inti perseroan Rp1,66 triliun pada akhir tahun lalu berasal dari setoran 'tanda jadi'
PT Mina Padi Investama Sekuritas Tbk. Pada akhir tahun lalu, modal inti Bank Muamalat mencapai Rp4,99 triliun.
Mina Padi sebelumnya berencana menjadi pembeli siaga (
standby buyer) pada proses penerbitan saham baru melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau
rights issue dengan target dana Rp4,5 triliun di akhir tahun lalu.
Untuk menunjukkan komitmennya, Mina Padi telah menyetorkan dana Rp1,7 triliun ke rekening
escrow sebagai 'tanda jadi'.
Escrow merupakan perjanjian legal ketika sebuah barang (umumnya berupa uang) disimpan oleh pihak ketiga, sementara menunggu isi kontrak terpenuhi. Namun, rencana tersebut gagal terealisasi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati batal, dana tersebut tetap diperhitungkan sebagai modal oleh Bank Mualamat di akhir tahun lalu. Alhasil, rasio kecukupan modal
(Capital Adequacy Ratio/CAR) naik dari 12,74 persen pada 2016 menjadi 13,62 persen pada 2017.
"(Kenaikan modal) kemarin, karena ada yang minat masuk itu (Mina Padi). Ya itu (kenaikan modal) dari modal minat yang masuk itu," ujar Direktur Utama Bank Muamalat Achmad K. Permana, Rabu (11/4).
Saat ini, menurut Permana, pihaknya sudah mengembalikan sebagian dana tersebut. Namun, ia enggan menyebut berapa dana yang dikembalikan dan yang masih tersisa di escrow.
"(Dana
escrow) dulu dipakai, tapi sekarang tidak lagi. Karena sebagian sudah dibalikkan, kan mereka konsorsium. Ada beberapa yang
stay karena masih minat terus, ada yang ditarik juga," terangnya.
Ditariknya sebagian dana
escrow tentunya akan mempengaruhi posisi permodalan Bank Muamalat. Namun, Permana enggan mengungkap posisi permodalan perseroan saat ini.
Sementara terkait kelanjutan minat dari Mina Padi untuk menyuntikkan modal, Permana juga tak mau memberi tanggapan lebih lanjut. Ia juga masih enggan berkomentar soal investor lain yang digadang-gadang ikut melirik bank murni syariah pertama di Indonesia itu.
Terbitkan SukukDi samping rencana pengembalian suntikan modal dari rekening
escrow, Permana bilang, Bank Muamalat berencana menerbitkan sukuk sebesar Rp1,7 triliun.
"Sukuk akan kami keluarkan sekitar Rp1,7 triliun yang sedang kami rencanakan," katanya.
Sayangnya, ia masih enggan membeberkan kapan sukuk tersebut akan diterbitkan. Ia juga tak menjelaskan lebih rinci tujuan penerbitan sukuk, apakah untuk menambah likuiditas atau permodalan.
Kendati demikian, saat ini likuiditas Bank Muamalat sendiri berada dalam kondisi yang longgar. Rasio pendanaan terhadap kredit
(Financing to Deposit Raio/FDR) sebesar 84,41 persen turun dari posisi akhir tahun lalu 95,13 persen.
Sementara itu, pada akhir tahun lalu, rasio pembiayaan bermasalah
(Non Performing Financing/NPF) perseroan naik dari 3,83 persen pada 2016 menjadi 4,43 persen pada 2017. Kendati NPF menanjak, perseroan berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp248,39 miliar, naik 1,5 kali dibanding tahun 2016 sebesar Rp100,15 miliar.
(agi/bir)