ANALISIS

Bank Muamalat Poles Kinerja Keuangan Gunakan Dana Mina Padi

Agustiyanti | CNN Indonesia
Jumat, 13 Apr 2018 18:40 WIB
Bank Muamalat menghitung dana 'tanda jadi' Mina Padi sebesar Rp1,66 triliun sebagai modal demi memenuhi rasio kecukupan modal minimum.
Bank Muamalat menghitung dana 'tanda jadi' Mina Padi sebesar Rp1,66 triliun sebagai modal demi memenuhi rasio kecukupan modal minimum. (CNN Indonesia/Hesti Rika)
Jakarta, CNN Indonesia -- Modal PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mendadak melejit di akhir tahun lalu. Tak tanggung-tanggung, modal inti bank syariah tertua ini bahkan mencapai Rp4,99 triliun. Jumlah ini nyaris mencukupi untuk naik kelas dan masuk dalam kelompok Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) 3 atau bank dengan modal inti Rp5 triliun ke atas.

Berdasarkan laporan publikasi perseroan, modal inti Bank Muamalat pada akhir tahun lalu tercatat naik Rp1,66 triliun dari posisi 2016 Rp3,33 triliun. Total modal Bank Muamalat pun menanjak menjadi Rp6,13 triliun. Melonjaknya modal membuat rasio kecukupan modal (Capital to Adequaty Ratio/CAR) perseroan tercatat sebesar 13,62 persen.

Kenaikan modal tersebut terutama terjadi pada kuartal IV tahun lalu. Pada kuartal ketiga tahun lalu, rasio CAR Bank Muamalat hanya tercatat sebesar 11,58 persen, sedangkan total modal intinya sebesar Rp3,86 triliun dan total modal keseluruhan sebesar Rp4,98 triliun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bank Muamalat mengaku kenaikan modal tersebut berasal dari setoran 'tanda jadi' PT Mina Padi Investama Sekuritas Tbk. Mina Padi sebelumnya berencana menjadi pembeli siaga (standby buyer) pada proses penerbitan saham baru melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue dengan target dana Rp4,5 triliun di akhir tahun lalu.

Keduanya telah menandatangani perjanjian jual beli bersyarat pada Oktober 2017 lalu. Untuk menunjukkan komitmennya, Mina Padi kemudian menyetorkan dana Rp1,7 triliun ke rekening escrow sebagai 'tanda jadi'.

Escrow merupakan perjanjian legal ketika sebuah barang (umumnya berupa uang) disimpan oleh pihak ketiga, sementara menunggu isi kontrak terpenuhi. Penempatan dana di escrow dilakukan guna menghindari perselisihan dalam perjanjian dan seyogyanya tak diutak-atik oleh kedua belah pihak hingga kontrak terpenuhi atau dibatalkan.

Nasib berkata lain, keinginan Mina Padi menggenggam saham Bank Muamalat urung sejalan dengan ditolaknya skema pengambilalihan yang diajukan. Kendati batal, dana Mina Padi di rekening escrow tersebut tetap diperhitungkan sebagai modal oleh Bank Mualamat di akhir tahun lalu.

"(Kenaikan modal) kemarin, karena ada yang minat masuk itu (Mina Padi). Ya itu (kenaikan modal) dari modal minat yang masuk itu," ujar Direktur Utama Bank Muamalat Achmad K. Permana.


Batalnya perjanjian antara Mina Padi dan Bank Muamalat pun tak lantas membuat uang Mina Padi di rekening escrow. Dana Rp1,7 triliun tersebut, justru sempat mengendap di deposito.

"Ketika tanda tangan CSSA (perjanjian jual beli bersyarat) di Oktober, kami memang langsung setorkan Rp1,7 triliun ke escrow seminggu kemudian, semacam DP (uang muka). Itu uang investor. Saat ini, uangnya masih ada di deposito, yang jelas uangnya masih ada," ujar Direktur Utama Mina Padi Djoko Joelijanto, Februari lalu.

Berdasarkan hitungan kasar CNNIndonesia.com, jika tak memperhitungkan dana Mina Padi di rekening escrow, CAR Bank Muamalat hanya tercatat sebesar 9,22 persen. Padahal, berdasarkan profil risikonya yang tercantum dalam laporan keuangan perseroan, Bank Muamalat harus memiliki modal minimal sebesar 10 persen

Dikembalikan Bertahap

Mina Padi sebelumnya mengaku masih berminat memfasilitasi Bank Muamalat untuk menggaet investor. Namun, Permana enggan berkomentar terkait hal tersebut.

Permana mengaku baru mengembalikan sebagian dana investor yang ditempatkan melalui Mina Padi. "(Dana escrow) dulu dipakai, tapi sekarang tidak lagi. Karena sebagian sudah dibalikkan, kan mereka konsorsium. Ada beberapa yang stay karena masih minat terus, ada yang ditarik juga," terangnya.


Dikembalikannya dana Mina Padi tentunya memengaruhi posisi permodalan Bank Muamalat. Namun, Permana enggan mengungkap posisi permodalan perseroan saat ini.

Berdasarkan laporan publikasi bulanan perseroan, dana setoran modal sebesar Rp1,66 triliun di akhir tahun lalu turun menjadi Rp1,59 triliun di Februari 2018. Total modal perseroan pada periode yang sama tercatat sebesar Rp5,43 triliun.

Sementara itu, Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengaku dana Mina Padi memang sempat dikunci (lock up) atau tak bisa ditarik. Ia juga mengaku dana tersebut memang diperhitungkan sebagai modal inti Bank Muamalat.

"Escrow itu tidak dipakai, cuma ini masuk ke buffer (cadangan tambahan modal Bank Muamalat)," terang Wimboh.

Wimboh pun mengaku tak khawatir modal Bank Muamalat akan kembali menciut setelah dana tersebut dikembalikan. Pasalnya, nantinya bakal ada dana dari investor baru.

"Tidak apa (modalnya berkurang lagi), kan nanti ditambah lagi (modal Bank Muamalat). Tunggu lagi saja (calon investor baru). Kalau disetor nanti modalnya naik. Modal itu kan tunggu jodoh, itu mesti 'pacaran' dulu, pendekatan dulu," jelas Wimboh kepada CNNIndonesia.com.


Saat ini, menurut dia, OJK menyerahkan sepenuhnya proses penjajakan investor kepada Bank Muamalat. Namun, Wimboh mengaku, Bank Muamalat memang membutuhkan investor baru, lantaran investor lama tak akan menambah modal karena terganjal beberapa hal.

"Islamic Development Bank (pemegang saham Bank Muamalat) terganjal aturan. Sekarang ini, mereka hanya boleh penyertaan di bank maksimal 20 persen, sedangkan sekarang saham mereka sekitar 30 persen," imbuh dia.

Ganjalan untuk menambah modal juga dialami pemegang saham lama lainnya untuk menambah modal pada bank syariah tertua di tanah air tersebut. Wimboh juga enggan menyebut berapa modal yang harus disetorkan investor dan minimum modal yang harus dimiliki Bank Muamalat.

Namun, OJK ingin investor baru Bank Muamalat tak hanya mampu menopang kondisi permodalan Bank Muamalat saat ini, tetapi juga kebutuhan permodalan Bank Muamalat ke depan. Pasalnya, keterbatasan modal membuat Bank Muamalat sulit berekspansi. Sebelumnya, sumber CNNIndonesia.com memperkirakan kebutuhan modal Bank Muamalat mencapai Rp12 triliun.

Akhir tahun lalu, Bank Muamalat mencatatkan laba bersih sebesar 26,12 miliar, turun dari 2016 sebesar Rp80,51 miliar. Kendati demikian, laba bersih perseroan yang dapat diatribusikan kepada pemilik naik dari Rp100,15 miliar menjadi Rp249 miliar, lantaran adanya keuntungan revaluasi aset tetap sebesar Rp210,33 miliar.

Sementara itu, rasio pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF) Bank Muamalat tercatat menanjak. NPF gross naik dari 3,83 persen pada 2016 menjadi 4,43 persen, sedangkan NPF net naik dari 1,4 persen menjadi 2,75 persen. (bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER