Jakarta, CNN Indonesia --
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan Indonesia bisa melewati
jebakan negara dengan pendapatan menengah dan tidak bisa bergerak ke arah negara maju (
middle income trap) jika investasi industrinya naik 2,8 kali.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Haris Munandar mengatakan pertumbuhan itu dapat menaikkan tingkat kontribusi ekspor dari produk industri pada 2030 nanti menjadi 10 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
"Ini tentunya bisa kami perhitungkan, sehingga Indonesia bisa melewati apa yang disebut middle income trap," ujarnya, akhir pekan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini, kata Haris, kontribusi ekspor dari produk industri terhadap PDB masih cukup rendah, yakni 0,9 persen. Kendati kontribusi masih kecil, tetapi ekspor produk industri tahun lalu tercatat tumbuh 17 persen.
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), industri pengolahan jadi penyumbang tertinggi nilai ekspor Indonesia pada 2017 yang mencapai 76 persen atau US$125 miliar dari total ekspor Indonesia sebesar US$168,73 miliar.
Namun, pertumbuhan investasi di industri pengolahan tahun lalu hanya 4,27 persen. Angka itu masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2017, yaitu sebesar 5,07 persen.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai seharusnya pertumbuhan investasi di industri lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi.
"Pertumbuhan industri sampai tahun lalu selalu lebih lambat dibandingkan pertumbuhan ekonomi, itu tidak bagus," terang Darmin.
Semakin baik pertumbuhan industri dalam negeri, maka pekerja di sektor pertanian di desa berpeluang pindah ke sektor industri yang umumnya memberikan kualitas hidup yang lebih baik.
"Kerjanya lebih baik, gaji juga lebih baik," pungkasnya.
(bir)