Jakarta, CNN Indonesia --
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat
neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2018
surplus sebesar US$1,09 miliar dibandingkan Maret 2017. Ini mengubah tren neraca perdagangan yang sudah defisit dalam tiga bulan terakhir dengan total US$1,1 miliar.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan surplus neraca dagang terjadi lantaran pertumbuhan nilai ekspor Indonesia pada Maret lebih besar jika dibandingkan nilai impornya. Tercatat, pertumbuhan ekspor Maret sebesar 10,24 persen, sementara impor hanya naik 2,34 persen.
Tingginya ekspor bulanan pada Maret 2018 yang tercatat US$15,58 miliar merupakan yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Sehingga, ekspor Maret berhasil mendorong Indonesia dari jeratan defisit neraca perdagangan dalam tiga bulan pertama tahun ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan naiknya ekspor Indonesia pada Maret disebabkan karena perbaikan harga komoditas, seperti cokelat, karet, dan jagung. Perubahan ekspor pertanian bulanan tercatat 20,01 persen. Selain itu, harga batu bara juga meningkat, tak heran jika kenaikan nilai ekspor pertambangan tercatat 22,66 persen.
"Jadi, yang perlu dicatat adalah ekspor non migas Indonesia juga bertumbuh 11,77 persen dibanding bulan lalu. Ini adalah perbaikan ekspor yang baik bagi non migas," ujarnya, Senin (16/4).
Sementara itu, impor Maret tercatat di angka US$12,23 miliar atau naik dari bulan sebelumnya US$11,95 persen. Komponen impor yang tinggi masih tercatat di barang modal dan bahan baku dengan pertumbuhan secara bulanan masing-masing sebesar 2,62 persen dan 8,99 persen.
Namun, impor barang konsumsi malah turun 12,8 persen pada Maret karena impor beras sudah dibatasi. "Karena impor beras tahun ini kan hanya 500 ribu ton dibatasinya, dan Maret ini turun drastis," terang dia.
Ekspor Maret akhirnya mengerek neraca perdagangan selama kuartal I 2018 surplus sebesar US$1,09 miliar. Meski memang, angka ini jauh lebih kecil dibandingkan periode sama tahun sebelumnya, yakni surplus US$4,09 miliar.
Ini karena secara kumulatif tiga bulan, ekspor Indonesia sebesar US$44,27 miliar masih lebih kecil dari impornya, yakni US$43,98 miliar. Ekspor Indonesia sepanjang Januari hingga Maret tercatat lebih tinggi 8,78 persen dibandingkan periode sebelumnya. Tapi di sisi lain, Indonesia masih mengalami defisit neraca perdagangan migas sebesar US$924,5 juta.
"
Alhamdulilah ini berita yang cukup menggembirakan. Surplus ini karena surplus non migas, tapi terkoreksi dari defisit di impor migas," imbuh Suhariyanto.
(bir)