
Neraca Perdagangan RI Surplus dalam Tiga Bulan Pertama
Galih Gumelar, CNN Indonesia | Senin, 16/04/2018 12:03 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2018 surplus sebesar US$1,09 miliar dibandingkan Maret 2017. Ini mengubah tren neraca perdagangan yang sudah defisit dalam tiga bulan terakhir dengan total US$1,1 miliar.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan surplus neraca dagang terjadi lantaran pertumbuhan nilai ekspor Indonesia pada Maret lebih besar jika dibandingkan nilai impornya. Tercatat, pertumbuhan ekspor Maret sebesar 10,24 persen, sementara impor hanya naik 2,34 persen.
Tingginya ekspor bulanan pada Maret 2018 yang tercatat US$15,58 miliar merupakan yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Sehingga, ekspor Maret berhasil mendorong Indonesia dari jeratan defisit neraca perdagangan dalam tiga bulan pertama tahun ini.
Ia mengatakan naiknya ekspor Indonesia pada Maret disebabkan karena perbaikan harga komoditas, seperti cokelat, karet, dan jagung. Perubahan ekspor pertanian bulanan tercatat 20,01 persen. Selain itu, harga batu bara juga meningkat, tak heran jika kenaikan nilai ekspor pertambangan tercatat 22,66 persen.
"Jadi, yang perlu dicatat adalah ekspor non migas Indonesia juga bertumbuh 11,77 persen dibanding bulan lalu. Ini adalah perbaikan ekspor yang baik bagi non migas," ujarnya, Senin (16/4).
Sementara itu, impor Maret tercatat di angka US$12,23 miliar atau naik dari bulan sebelumnya US$11,95 persen. Komponen impor yang tinggi masih tercatat di barang modal dan bahan baku dengan pertumbuhan secara bulanan masing-masing sebesar 2,62 persen dan 8,99 persen.
Namun, impor barang konsumsi malah turun 12,8 persen pada Maret karena impor beras sudah dibatasi. "Karena impor beras tahun ini kan hanya 500 ribu ton dibatasinya, dan Maret ini turun drastis," terang dia.
Ekspor Maret akhirnya mengerek neraca perdagangan selama kuartal I 2018 surplus sebesar US$1,09 miliar. Meski memang, angka ini jauh lebih kecil dibandingkan periode sama tahun sebelumnya, yakni surplus US$4,09 miliar.
Ini karena secara kumulatif tiga bulan, ekspor Indonesia sebesar US$44,27 miliar masih lebih kecil dari impornya, yakni US$43,98 miliar. Ekspor Indonesia sepanjang Januari hingga Maret tercatat lebih tinggi 8,78 persen dibandingkan periode sebelumnya. Tapi di sisi lain, Indonesia masih mengalami defisit neraca perdagangan migas sebesar US$924,5 juta.
"Alhamdulilah ini berita yang cukup menggembirakan. Surplus ini karena surplus non migas, tapi terkoreksi dari defisit di impor migas," imbuh Suhariyanto.
(bir)
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan surplus neraca dagang terjadi lantaran pertumbuhan nilai ekspor Indonesia pada Maret lebih besar jika dibandingkan nilai impornya. Tercatat, pertumbuhan ekspor Maret sebesar 10,24 persen, sementara impor hanya naik 2,34 persen.
Tingginya ekspor bulanan pada Maret 2018 yang tercatat US$15,58 miliar merupakan yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Sehingga, ekspor Maret berhasil mendorong Indonesia dari jeratan defisit neraca perdagangan dalam tiga bulan pertama tahun ini.
Ia mengatakan naiknya ekspor Indonesia pada Maret disebabkan karena perbaikan harga komoditas, seperti cokelat, karet, dan jagung. Perubahan ekspor pertanian bulanan tercatat 20,01 persen. Selain itu, harga batu bara juga meningkat, tak heran jika kenaikan nilai ekspor pertambangan tercatat 22,66 persen.
"Jadi, yang perlu dicatat adalah ekspor non migas Indonesia juga bertumbuh 11,77 persen dibanding bulan lalu. Ini adalah perbaikan ekspor yang baik bagi non migas," ujarnya, Senin (16/4).
Sementara itu, impor Maret tercatat di angka US$12,23 miliar atau naik dari bulan sebelumnya US$11,95 persen. Komponen impor yang tinggi masih tercatat di barang modal dan bahan baku dengan pertumbuhan secara bulanan masing-masing sebesar 2,62 persen dan 8,99 persen.
Namun, impor barang konsumsi malah turun 12,8 persen pada Maret karena impor beras sudah dibatasi. "Karena impor beras tahun ini kan hanya 500 ribu ton dibatasinya, dan Maret ini turun drastis," terang dia.
Ekspor Maret akhirnya mengerek neraca perdagangan selama kuartal I 2018 surplus sebesar US$1,09 miliar. Meski memang, angka ini jauh lebih kecil dibandingkan periode sama tahun sebelumnya, yakni surplus US$4,09 miliar.
Ini karena secara kumulatif tiga bulan, ekspor Indonesia sebesar US$44,27 miliar masih lebih kecil dari impornya, yakni US$43,98 miliar. Ekspor Indonesia sepanjang Januari hingga Maret tercatat lebih tinggi 8,78 persen dibandingkan periode sebelumnya. Tapi di sisi lain, Indonesia masih mengalami defisit neraca perdagangan migas sebesar US$924,5 juta.
"Alhamdulilah ini berita yang cukup menggembirakan. Surplus ini karena surplus non migas, tapi terkoreksi dari defisit di impor migas," imbuh Suhariyanto.
(bir)
ARTIKEL TERKAIT

BI Proyeksi Neraca Dagang Maret Surplus US$1,1 Miliar
Ekonomi 10 bulan yang lalu
Potensi Surplus Tipis Karena Ekspor Manufaktur Lemah
Ekonomi 10 bulan yang lalu
Pengamat: Pertumbuhan Ekspor Kuartal I Berpotensi Negatif
Ekonomi 10 bulan yang lalu
Neraca Perdagangan 2018 Dinilai Rentan Defisit
Ekonomi 11 bulan yang lalu
BI Ramal Neraca Perdagangan Februari Defisit Lagi
Ekonomi 11 bulan yang lalu
Makanan dan Rokok Dorong Inflasi Februari 0,17 Persen
Ekonomi 11 bulan yang lalu
BACA JUGA

Jokowi Pertanyakan Klaim 99 Persen Masyarakat Hidup Pas-pasan
Nasional • 10 November 2018 22:32
BPS: Tingkat Anti-Korupsi Masyarakat Indonesia Menurun
Nasional • 18 September 2018 04:24
Data Kemiskinan Laris Manis di Tahun Politik
Nasional • 21 April 2018 22:56
Sangkal Trudeau, Trump Berkukuh Soal Defisit Perdagangan
Internasional • 16 March 2018 03:11
TERPOPULER

Jonan: Jokowi Dua Kali Tolak Permintaan Bos Freeport Bertemu
Ekonomi • 5 jam yang lalu
Pemerintah Gelontorkan Rp1 T Bangun 1.000 BLK di Pesantren
Ekonomi 3 jam yang lalu
Luhut Jelaskan Penurunan Harga Premium Rp100 per Liter
Ekonomi 6 jam yang lalu