Jakarta, CNN Indonesia -- Toko buku milik
Lippo Group,
Books & Beyond (B&B) menilai pasar bisnis buku di Indonesia mulai kembang kempis akibat perkembangan teknologi yang mengubah format buku fisik menjadi buku elektronik (e-books).
Franky Firnando, Staf Bagian
e-Commerce B&B mengaku pendapatan toko buku yang sudah ada di Indonesia sejak 2008 ini sempat mengalami kembang kempis, terutama pada kurun waktu 2015-2016. Namun, selepas 2017 hingga saat ini, Franky mengklaim, pendapatan mulai bergerak positif.
"Pada 2015-2016 itu agak menurun karena memang pasar bukunya seperti itu, penerbitan bukunya lebih sedikit, sehingga yang dibeli juga menurun. Tapi untuk sekarang sih sudah meningkat lagi," ujar Franky kepada
CNNIndonesia.com, Selasa (17/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia membeberkan perusahaan memiliki strategi dengan mulai mengimbangi permintaan pasar dengan menyediakan penjualan
e-books dan portal jual beli internal sejak 2013, seiring perkembangan teknologi.
"Kami sediakan penjualan
e-books dan
online sebagai pelengkap bagi kebutuhan pembeli," imbuhnya.
Menurutnya, penjualan
e-books memang meningkat dari waktu ke waktu, namun tak serta merta membuat kontribusinya terhadap pendapatan toko melebihi sumbangan penjualan buku fisik.
Pasalnya, ia mengklaim, penjualan
e-books melalui portal jual beli internal masih tersebar di sekitar Jakarta dan Tangerang. Sedangkan pembelian
e-books di luar dua kota itu masih terbatas.
Sayangnya, ia enggan menjabarkan dengan angka pasti mengenai pertumbuhan penjualan e-books di portal jual beli internal B&B dan nilai kontribusinya terhadap omzet toko.
"Karena kami tetap fokus ke penjualan buku fisik, jadi pendapatannya pun masih lebih besar dari penjualan buku di toko," terangnya.
Menurutnya, untuk B&B, pundi-pundi pendapatan dari toko fisik masih bisa dikumpulkan lantaran persebaran toko yang cukup menjangkau masyarakat, terutama di kota besar.
Saat ini, menurut data terakhir di situs resmi B&B, riteler buku yang berada di bawah naungan PT Gratia Prima Indonesia ini memiliki sekitar 40 toko yang tersebar di Jakarta, Tangerang, Cikarang, Bandung, Medan, Surabaya, Yogyakarta, Balikpapan, Bali, Manado, Makassar, hingga Palembang.
Hal lain, karena toko rajin menggelar promo diskon setiap sebulan sekali. Selain itu, B&B juga tetap bisa mencatatkan pendapatan karena buku yang dijual sudah cukup memenuhi kebutuhan pasar, khususnya untuk buku impor. Franky mencatat, saat ini sekitar 70 persen buku yang dijual merupakan buku impor dari Amerika Serikat (AS) dan Inggris.
Pernyataan itu disampaikan menanggapi kelesuan kinerja penjualan buku di Tanah Air. Menurut dia, pergeseran pola membeli dan membaca konsumen membuat kalangan pembaca buku perlahan mengurangi pembelian buku fisik di toko buku konvensional.
Perkembangan pasar ritel dalam jejaring
(online) menjadi tantangan baru. Pasalnya, konsumen lebih memilih membeli buku fisik melalui situs jual beli online dibandingkan datang langsung ke toko buku.
"Dengan teknologi yang semakin canggih membuat masyarakat bisa dapat bacaan dalam format
e-books melalui smartphone dan gadget lainnya. Jadi, pencarian buku bisa lebih cepat daripada harus ke toko buku," tuturnya.
Dengan perkembangan ini, menurutnya, wajar bila pangsa pasar toko buku fisik mulai tergerus secara perlahan. Bahkan, membuat pesaingnya, toko buku Aksara hingga gulung tikar.
Seperti diberitakan sebelumnya, salah satu toko yang juga menjual buku impor, Aksara Indonesia kini hanya tersisa di Kemang setelah menutup dua gerainya.
(lav)