Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta mengaku tak kaget mendengar
penutupan toko buku Aksara Indonesia di dua mal. Soalnya, beberapa bisnis
ritel sangat rentan terhadap kemajuan teknologi. Salah satunya toko buku.
"Anda ingin membeli buku apa? Masuk ke aplikasi, tinggal download (unduh)," ujarnya kepada
CNNIndonesia.com, Senin (16/4).
Selain toko buku, sambung dia, bisnis ritel kaset dan cakram (
compact disk/CD) pada toko musik juga sudah lebih dulu tumbang terkena hantaman kemajuan teknologi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alasan lain terkait penutupan toko buku Aksara Indonesia, lanjut Tutum, lantaran buku impor yang dijual relatif mahal. Di sisi lain, daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih.
Akibatnya, banyak masyarakat yang lebih memilih untuk mengunduh versi
softcopy (dokumen dalam penyimpanan) langsung dari internet dan membacanya dari gawai pribadi. Selain itu, konsumen juga memiliki alternatif untuk membeli buku bekas.
"Dengan daya beli saat ini, orang tidak bisa membeli buku mahal," terang dia.
Belum lagi, situs penjualan toko buku impor berbasis daring bertebaran. Pemesanan buku juga bisa dilakukan melalui sambungan telpon dan langsung diantar ke rumah konsumen.
Melihat kondisi itu, sudah seharusnya pemilik toko buku menyesuaikan atau mengalihkan bisnisnya ke sektor lain. Misalnya, tak lagi menjual di pusat perbelanjaan tetapi membuka toko buku daring.
Jika bertahan, keuangan manajemen bisa terus menerus berdarah, mengingat beban sewa dan pegawai tak bisa diimbangi oleh pendapatan dari penjualan.
"Keadaan ini memang sudah tidak bisa dilawan lagi," imbuh Tutum.
Diberitakan sebelumnya, manajemen Aksara Indonesia memutuskan menutup dua gerainya di Cilandak Townsquare dan Pacific Place. Selanjutnya, aktivitas penjualan buku akan dilakukan hanya di lokasi kelahiran Aksara, yakni di Kemang, Jakarta Selatan.
Namun, saat ini gerai Kemang pun masih dalam renovasi. Ke depan, gerai ini tidak hanya akan menjual buku, tetapi juga menyediakan pameran seni dan fotografi, sinema, hingga kedai kopi.
(bir)