Lombok, CNN Indonesia --
Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat (NTB) 2018 terus menguat ditopang lonjakan investasi langsung di sektor pariwisata dan pengembangan industri kreatif. Sepanjang tahun lalu, ekonomi NTB tercatat hanya tumbuh 0,11 persen akibat terhantam sektor pertambangan.
Suwarha Warno Wirapermana, Manajer Fungsi Data Ekonomi Statistik Keuangan Kantor Perwakilan BI NTB, menyebutkan upaya perbaikan ekonomi perlu dilakukan melalui pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika sebagai destinasi pariwisata prioritas. Selain itu, pengembangan industri kreatif, termasuk Usaha Menengah, Kecil, dan Mikro (UMKM).
"Ke depan, prospek ekonomi NTB akan semakin kuat terutama pariwisata. NTB dinobatkan dengan predikat
best halal food (makanan halal terbaik), dan
the best honeymoon place (tempat bulan madu terbaik)," katanya dalam pelatihan bertajuk Kondisi Perekonomian Terkini dan Respon Kebijakan BI, Sabtu (21/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan data BI, pertumbuhan ekonomi NTB sepanjang 2017 tercatat hanya 0,11 persen jika komponen ekspor tambang dimasukkan sebagai indikator pertumbuhan ekonomi. Penurunan besar-besaran itu terjadi karena tekanan kuota ekspor mineral tembaga, di tengah proses negosiasi izin ekspor yang menahan kegiatan operasional.
Namun, jika komponen sektor pertambangan tak dicantumkan, ekonomi NTB sepanjang 2017 tumbuh mencapai 7,1 persen atau lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,07 persen. Angka itu juga lebih tinggi dari ekonomi NTB tahun sebelumnya, yaitu 5,82 persen.
"Ekonomi NTB sebagian besar ditopang oleh sektor pertanian. Sektor tambang berpengaruh 19 persen, karena ada kebijakan pengetatan ekspor, ekonomi jadi susut," tuturnya.
Secara kumulatif, ekonomi Kawasan Timur Indonesia (KTI) sepanjang 2017 tumbuh 5,1 persen meningkat dari persentase 2016 yang sebesar 4,84 persen.
Sumber peningkatan terutama berasal dari kinerja sektor tradable yang turut mendorong kinerja ekspor, khususnya komoditas batu bara dan minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dari Kalimantan.
Akselerasi pertumbuhan ekonomi KTI terjadi di Kalimantan. Sementara, wilayah Nusa Tenggara, Bali, Sulawesi, Maluku, dan Papua mengalami perlambatan, dan tumbuh rendah.
(bir)