Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Indonesia meminta Afrika menurunkan tarif
bea masuk untuk ekspor makanan olahan RI. Pasalnya, jika dibandingkan dengan tarif
ekspor China dan Thailand ke Afrika yang sudah nol persen, tarif bea masuk makanan olahan asal Indonesia justru dipatok selangit.
Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman menyampaikan tarif ekspor untuk pangan olahan RI ke Afrika berkisar 25 persen hingga 40 persen.
"Kita kalah bersaing dengan China dan Thailand yang sudah mendapatkan fasilitas," katanya di Kementerian Perindustrian, Senin (23/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut pengamatannya, tarif bea masuk produk China ke Afrika sudah nol persen. Begitu pun dengan negara-negara Uni Eropa dan Thailand yang sebagian besar sudah nol persen.
"Kalau kami minta tarif turun, Afrika bilang sudah 5-0 persen. Kalau minta diturunkan lagi, mereka tidak mau," tutur Adhi.
Karenanya, selain meminta penurunan tarif bea masuk ke Afrika, pemerintah Indonesia juga menawarkan kerja sama. Antara lain, libur pajak dan keringanan fiskal untuk investasi Afrika. Sebagai gantinya, tarif bea masuk ekspor RI ke Afrika harus diturunkan.
Apalagi, Indonesia juga mengimpor bahan makanan dari Afrika, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran. "Jadi, barternya seperti itu. Bukan semata minta turun tarif karena mereka tidak mau," imbuhnya.
Selama menunggu kepastian penurunan tarif bea masuk, Adhi menyebut pelaku usaha akan diversifikasi pasar ekspor selain Afrika, seperti Amerika Latin.
(bir)