Jakarta, CNN Indonesia -- Pertumbuhan
laba bersih
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk meroket sekitar 43,7 persen secara tahunan menjadi Rp5,9 triliun pada kuartal I 2018 dari sebelumnya sebesar Rp4,1 triliun pada kuartal I 2017.
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo mengatakan pertumbuhan laba tersebut disumbang oleh pendapatan bunga yang meningkat 3,2 persen dari Rp12,81 triliun menjadi Rp13,22 triliun dan pendapatan non bunga (
fee based income) yang naik 14,7 persen, yaitu dari Rp5 triliun menjadi Rp6,02 triliun.
"
Fee based meningkat bagus sampai 14,7 persen. Ini karena kami melakukan
profit taking (ambil untung) dari portofolio obligasi kami, sehingga kami bisa meningkatkan profit dari penjualan surat berharga kami," ujar Tiko di Plaza Mandiri, Selasa (24/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kendati pendapatan bunga dan non bunga tumbuh positif, namun menurut Tiko sebenarnya penyaluran kredit tidak begitu deras. Bahkan, bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu menahan penyaluran ke sektor kredit SME dan korporasi menengah.
Tercatat, penyaluran kredit ke sektor SME turun 11,3 persen menjadi Rp51 triliun. Sedangkan aliran kredit ke korporasi menengah negatif 7,2 persen.
"Khususnya untuk kredit korporasi menengah, melambat minus 7,2 persen karena kami masih dalam proses restrukturisasi dan write off (hapus buku). Mungkin, ini baru kuartal II dan III 2018 balik normal," terang dia.
Menurut Tiko, kredit ke segmen tertentu memang tumbuh cukup bagus. Misalnya, kredit ke sektor korporasi yang tumbuh 8,9 persen menjadi Rp255,6 triliun, kredit konsumer naik 14,7 persen menjadi Rp79,8 triliun, dan mikro naik 22,6 persen menjadi Rp85,6 triliun.
Selain itu ada pula sumbangan dari kredit ke anak-anak usaha (
subsidiaries) yang tumbuh hingga 24,2 persen menjadi Rp88,4 triliun.
"Memang, kredit subsidiaries ini meningkat sejalan dengan kinerja PT Mandiri Tunas Finance, PT Bank Mantap, dan lainnya. Itu tumbuh agresif sehingga bisa dibilang bahwa kredit ritel itu meningkat baik pada kuartal ini," katanya.
Dari sisi kualitas kredit, perseroan dapat menjaga rasio kredit bermasalahnya (
Nonperforming Loan/NPL). NPL gross perseroan membaik dari 3,98 persen menjadi 3,32 persen pada kuartal I 2018.
Sedangkan NPL net membaik dari 1,33 persen menjadi 1,16 persen. "Kami targetkan NPL bisa turun hingga 2,7 persen-2,8 persen, sehingga turun hingga di bawah 3 persen," tekannya.
Sementara, rasio kecukupan modal (
Capital Adequacy Ratio/CAR) menurun dari 21,11 persen ke 20,94 persen. Lalu, rasio penyaluran kredit terhadap sumber penerimaan (
Loan to Deposit Ratio/LDR) sebesar 91,22 persen dari 89,52 persen.
Kemudian, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sekitar 5,2 persen dari Rp731,1 triliun menjadi Rp769,3 triliun. Pertumbuhan DPK disumbang oleh tabungan rupiah yang meningkat 10,4 persen menjadi Rp185,8 triliun.
Sedangkan tabungan valas turun 12,09 persen, giro rupiah meningkat 6,2 persen, giro valas naik 1,5 persen, deposito rupiah naik 3,3 persen, dan deposito valas minus 4,2 persen.
Dari sisi aset, perseroan berhasil meningkatkan aset sekitar 6,2 persen menjadi Rp1.098 triliun dari sebelumnya Rp1.034 triliun.
(bir)