Jakarta, CNN Indonesia --
Pelemahan rupiah diperkirakan bakal mengerek
harga pangan yang kini banyak diimpor pemerintah. Tahun ini, pemerintah memutuskan untuk memenuhi kebutuhan beras, daging, gula, dan garam industri melalui impor.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (
Indef) Bhima Yudistira menuturkan transmisi pelemahan rupiah pada kenaikan harga barang dan jasa atau
inflasi dapat terjadi melalui dua jalur.
Jalur pertama, selisih kurs akan menaikkan biaya impor pangan. Sedangkan jalur kedua, melalui kenaikan biaya logistik di dalam negeri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Imbasnya, kebutuhan pokok yang diimpor mulai dari beras, gula, garam, dan kedelai terancam naik. Momennya mendekati Lebaran, di mana impor barang konsumsi cenderung naik pada April hingga Juni," ujar Bhima kepada
CNNIndonesia.com, Kamis (26/4).
Adapun kenaikan biaya logistik di dalam negeri menurut dia, akan dipicu kenaikan harga minyak mentah yang terus terjadi sejak awal tahun.
"Ini (harga minyak) mempengaruhi harga BBM nonsubsidi yang dipakai angkutan barang kebutuhan pokok," jelas dia.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menutukan dampak pelemahan rupiah bakal paling terasa pada aktivitas impor. Saat ini, ketergantungan Indonesia terhadap barang impor sangat tinggi, tak hanya pada bahan baku dan bahan penolong, tetapi juga barang konsumsi.
"Itu (dampak pelemahan rupiah pada pengusaha) belum dapat dihitung karena setiap industri berbeda-beda. Ada yang kandungan impornya tinggi dan rendah," jelas dia.
Sementara itu, Kepala Ekonom BCA David Samual menilai pelemahan rupiah sebenarnya sudah mulai berdampak pada biaya produksi barang dan jasa. Namun, menurut dia, sebagian pengusaha memilih menahan harga karena daya beli masyarakat yang masih lemah.
"Sekarang sebenarnya (pelemahan rupiah) sudah berpengaruh, tetapi pengusaha masih menahan kenaikan harga karena pasar sensitif. Tapi kalau (pelemahan rupiah) sudah di atas 5 persen atau bahkan 10 persen, harga barang sudah pasti akan berubah," terang dia.
Pemerintah sebelumnya memutuskan untuk mengimpor beras, seiring kurangnya pasokan beras yang menimbulkan harga beras membumbung. Kendati impor sudah masuk, harga beras di beberapa wilayah masih berada di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).
Sesuai aturan Kementerian Perdagangan (Kemendag) HET beras medium diatur per wilayah. Untuk wilayah Jawa, Lampung, Sumatra Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi HET beras medium ditetapkan sebesar Rp9.450 per kilogram (kg).
Kemudian, untuk Sumatra lainnya dan Kalimantan Rp9.950 per kg, Nusa Tenggara Timur Rp9.500 per kg, Maluku dan Papua Rp10.250 per kg.
(agi/bir)